Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan komitmennya dalam mendukung sektor industri mencapai target pengurangan emisi karbon melalui riset terapan, pendampingan industri, penerapan target iklim berbasis sains, dan sinergi kebijakan fiskal.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler BRIN Maxensius Tri Sambodo melalui keterangan di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya memiliki kemampuan riset lintas disiplin yang melibatkan peneliti, dunia usaha, dan masyarakat.
"Pendekatan ini memastikan hasil penelitian benar-benar relevan dan berdampak bagi upaya dekarbonisasi sektor industri," kata Sambodo.
Ia menambahkan bentuk dukungan konkret BRIN lainnya terhadap dunia industri antara lain pada upaya mendorong pemanfaatan insentif super tax deduction bagi perusahaan yang melakukan penelitian dan pengembangan (R&D) di bidang teknologi rendah karbon.
Baca juga: BRIN dan PT Alam Semesta Integra berkolaborasi kurangi emisi karbon
"Perusahaan bisa mendapatkan potongan pajak signifikan jika melakukan riset bersama BRIN. Ini win-win solution. Risetnya berjalan, emisi berkurang, dan insentif fiskal bisa dimanfaatkan," ucapnya.
Namun Sambodo mencatat tingkat keberhasilan pengajuan insentif masih rendah karena kendala administratif dan kesesuaian standar keuangan riset.
Untuk itu ia menyatakan BRIN siap menjadi mitra strategis industri dalam pendampingan teknis, mentoring, serta penguatan kapasitas riset menuju transformasi hijau.
"BRIN tidak hanya menyediakan peneliti dan teknologi, tapi juga berperan sebagai jembatan antara riset dan bisnis. Melalui kolaborasi riset, kita bisa mempercepat implementasi inovasi mengurangi emisi karbon dan mendorong ekonomi berkelanjutan," tutur Sambodo.
Baca juga: BRIN: Transisi energi harus dilakukan untuk mencapai nol emisi karbon
Menanggapi hal tersebut, Building Engangement Specialist dari Science Based Target Initiative (SBTi) Amanda Skeldon mengajak kepada seluruh pelaku usaha untuk memperkuat aksi iklim dengan metode berbasis sains.
Pihaknya terus memperbarui standar dan panduannya agar tetap berbasis ilmiah, sekaligus relevan dengan kebutuhan berbagai sektor industri dan konteks regional, termasuk di Asia Tenggara.
Menurut Amanda, keberhasilan menuju Net-Zero Emission (NZE) tidak hanya diukur dari komitmen perusahaan besar, tetapi juga dari bagaimana seluruh ekosistem bisnis, termasuk UKM dan pemasok yang bertransformasi bersama.
"Kita tahu proses ini lebih mudah bagi perusahaan besar, namun lain halnya ketika mereka berkomunikasi dan harus bekerja sama dengan pemasok di seluruh rantai pasok," ucap Amanda Skeldon.
Baca juga: BRIN-CRMAX kerja sama untuk tekan emisi karbon
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.