PMI edukasi anak korban bencana Sumatera soal hidup bersih dan sehat

1 hour ago 3

Jakarta (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) memberikan edukasi kepada anak-anak di tengah penanganan banjir dan longsor di Sumatera mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai upaya mencegah risiko penyakit pasca-bencana.

Edukasi tersebut dilakukan secara kreatif oleh relawan PMI Brebes, yakni Safa’atulloh yang memanfaatkan boneka bernama Dodo saat bertugas bersama tim air dan sanitasi PMI di Kota Padang, Sumatera Barat.

"Saya ingin cari cara yang lebih menarik untuk edukasi PHBS. Waktu pandemi saya belajar ventriloquist, lalu coba bawa Dodo saat tugas. Ternyata anak-anak lebih mudah diajak bicara dan lebih cepat menangkap pesan,” ujar Safaat, dikutip di Jakarta, Rabu.

Dalam respons bencana di Sumatera Barat, Safa’atulloh yang akrab disapa Safaat bertugas selama 10 hari di dua lokasi, yakni Koto Panjang, Ikua Koto, Koto Tangah, Kota Padang dan Batipuh Panjang, Koto Tangah, Kota Padang.

Ia mengatakan tugas utama tim air dan sanitasi PMI adalah memproduksi air bersih serta melakukan promosi kebersihan, mulai dari cara mencuci tangan yang benar hingga menjaga kebersihan lingkungan.

Ia lalu menjelaskan ketertarikannya pada ventriloquist atau seni berbicara melalui boneka bermula pada 2020 saat pandemi COVID-19, ketika metode edukasi kebersihan dinilai cenderung monoton bagi anak-anak. Dari situ, ia menggabungkan keterampilan tersebut dengan tugas kemanusiaan di PMI.

Baca juga: Langkah pendampingan psikologis untuk penyintas bencana

Nama Dodo diambilnya dari nama pendiri Palang Merah Internasional, Henry Dunant, yang kemudian dimodifikasi agar lebih mudah diucapkan dan diingat anak-anak.

Menurutnya, pendekatan itu terbukti efektif. Saat sesi edukasi cuci tangan di Batipuh Panjang pada Selasa (9/12), sekitar 25 anak mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias setelah boneka Dodo diperkenalkan.

“Aku seneng dan gemes sama Dodo, soalnya mukanya lucu!” kata Kuin, bocah berusia lima tahun.

Sementara itu, Deni (6) mengaku sudah terbiasa menjaga kebersihan diri.

“Aku selalu nurut sama orangtua. Aku sikat gigi dan cuci tangan sebelum makan,” ucapnya.

Safaat mengatakan kehadiran Dodo membantu menciptakan suasana yang lebih cair sehingga anak-anak berani berinteraksi selama sesi edukasi.

“Selama ada Dodo, anak-anak lebih fokus dan suasana jadi lebih cair. Mereka lebih berani menjawab dan bertanya,” katanya.

PMI menilai edukasi PHBS menjadi bagian penting dalam respons bencana karena banjir dan longsor berpotensi membatasi akses air bersih dan meningkatkan risiko penyakit, khususnya pada anak-anak.

Melalui pendekatan kreatif tersebut, PMI berharap pesan kesehatan dapat lebih mudah diterima, sekaligus membantu memulihkan kondisi psikologis anak-anak yang terdampak bencana.

Baca juga: Paramedis Polri beri layanan kesehatan korban banjir di Aceh Tamiang

Baca juga: Kemenkes tambah logistik kesehatan ke lokasi bencana di Sumatera

Baca juga: RSUD Aceh Tamiang kembali layani pasien rawat jalan pascabencana

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |