Orang tua-anak bisa bangun komunikasi untuk tanamkan bahaya rokok

1 month ago 5

Jakarta (ANTARA) - Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI) Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan bahwa orang tua perlu membangun komunikasi dengan anak untuk menanamkan pemahaman mengenai rokok termasuk bahaya yang ditimbulkan.

“Orang tua perlu membangun komunikasi dalam diskusi yang terbuka, tidak menghakimi, dan tidak langsung marah saat mengetahui anak mencoba rokok," ujar Vera saat dihubungi Antara dari Jakarta, Jumat.

Pendekatannya, menurut dia, perlu empati dan edukatif, tanyakan dengan tenang apa yang membuatnya tertarik mencoba atau sampaikan dampak dari rokok buat tubuh.

Ia juga menyarankan agar orang tua menggunakan pendekatan yang sesuai usia dan bahasa remaja. Menurutnya, membangun komunikasi dua arah yang terbuka mampu membuat anak merasa nyaman berdiskusi dan bertanya.

“Jangan hanya mengulang pesan klasik seperti “merokok itu tidak sehat”, tetapi beri contoh konkret: seperti gangguan pernapasan, kecanduan nikotin, dan dampak sosial jangka panjang,” jelasnya.

Baca juga: 10 bahaya asap rokok bagi ibu hamil

Orang tua juga berperan memberikan dukungan sehingga kepercayaan diri dan identitas positif anak agar tidak mudah terpengaruh teman.

Orang tua juga, tambah dia, bisa menunjukkan riset atau testimoni nyata dari mantan perokok agar masuk dalam pemikiran logis dan kritis anak.

Edukasi sejak dini mengenai bahaya merokok juga dapat dilakukan orang tua, tanpa menunggu anak remaja.

Selain itu, memberikan contoh hidup sehat bebas rokok juga sebaiknya dipraktikkan serta mampu menghadirkan lingkungan sehat bebas asap rokok di rumah.

Orang tua juga dapat memberikan alternatif sehat untuk menyalurkan stres seperti olahraga, seni, atau kegiatan komunitas bagi anak, serta tetap memantau pergaulan anak.

Baca juga: Paparan rokok bisa sebabkan gangguan penyerapan nutrisi pada ibu hamil

“Pantau pergaulan dan beri ruang eksplorasi sehat, agar anak tidak mencari petualangan melalui rokok,” katanya.

Vera menjelaskan bahwa remaja mulai mencoba rokok karena beberapa faktor meliputi rasa ingin tahu dan dorongan eksplorasi yang tinggi saat remaja.

Kemudian pengaruh teman sebaya (peer pressure) yakni ingin diterima dalam kelompok atau ingin terlihat dewasa.

Serta mencontoh dari lingkungan, melihat anggota keluarga atau orang tua atau tokoh idola merokok.

Menjajal rokok pada usia remaja juga sebagai bentuk ekspresi diri atau pemberontakan terhadap aturan serta regulasi emosi yakni ada remaja mencoba rokok untuk mengurangi stres atau kecemasan, katanya.

Baca juga: Lingkungan tanpa asap rokok penting sejak hamil demi cegah stunting

Baca juga: Strategi pengurangan bahaya rokok diusulkan jadi kebijakan nasional

Baca juga: Anak muda harus ikut pantau kebijakan penegakan kawasan tanpa rokok

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |