Purwokerto (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mengimbau masyarakat tetap tenang terkait dengan adanya peningkatan aktivitas Gunung Slamet meskipun gunung terbesar di Pulau Jawa itu masih berstatus waspada.
Pelaksana Harian Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Barkah di Purwokerto, Banyumas, Senin, mengakui berdasarkan data pengamatan yang dilakukan oleh Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gunung tersebut menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan dengan munculnya gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam.
Baca juga: BPBD Banyumas imbau masyarakat tenang terkait aktivitas Gunung Slamet
“Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pada Sabtu (26/7) terpantau adanya gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam, masing-masing sebanyak satu kali,” katanya.
Sementara pada Minggu (27/7), kata dia, teramati adanya gempa vulkanik dalam sebanyak empat kali.
Kendati demikian, lanjutnya, PVMBG hingga saat ini masih menetapkan status waspada (Level II) terhadap Gunung Slamet dan merekomendasikan kepada masyarakat atau wisatawan untuk tidak beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah puncak gunung tersebut.
Oleh karena itu, lanjut dia, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh terhadap isu atau hoaks yang berkaitan dengan aktivitas Gunung Slamet.
Baca juga: BRIN ungkap adanya peradaban megalitik yang religius di Gunung Slamet
Baca juga: DPD RI dukung usulan Gunung Slamet dijadikan taman nasional
“Jika membutuhkan informasi terkait dengan Gunung Slamet, silakan hubungi BPBD setempat. Kami juga tetap berkoordinasi dengan Pos PGA Slamet.” kata Barkah.
Gunung Slamet yang memiliki ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) berada di wilayah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes itu berstatus waspada sejak 19 Oktober 2023, karena adanya peningkatan aktivitas, baik dalam frekuensi kegempaan maupun visual, juga dari parameter yang lain, seperti peningkatan suhu mata air dan sebagainya.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.