Mengenal “silent treatment” dan dampaknya pada hubungan pernikahan

9 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Dalam sebuah pernikahan, salah satu tantangan yang sering tak terlihat namun memiliki dampak besar adalah suatu perilaku yang dikenal sebagai silent treatment.

Silent treatment adalah bentuk komunikasi non-verbal, di mana seseorang dengan sengaja menghindari atau tidak berbicara dengan pasangannya.

Pada konteks pasangan, silent treatment sering muncul ketika salah satu pasangan memilih diam, sementara pihak lain menuntut respon dan membuka pembicaraan agar masalah dapat terselesaikan.

Di lain kondisi, bisa saja kedua pasangan memilih untuk saling diam dan berpisah sementara saat terjadi masalah atau pertengkaran.

Melansir dari laman Cleveland Clinic, perilaku silent treatment merupakan bentuk stonewalling atau penghindaran yang terjadi dalam konflik pasangan.

Bagi sebagian orang, perilaku ini menjadi cara untuk penenangan dirinya. Namun, tanpa disadari hal tersebut juga bisa menyakiti pihak lain.

Mereka yang melakukan silent treatment, terkadang berpikir bahwa perilaku tersebut adalah keputusan yang terbaik dan bukan hal yang salah dalam menghadapi konflik.

Akan tetapi, nyatanya dalam jangka panjang, tingkah laku ini dapat berdampak masalah serius, seperti merusak hubungan dan kesejahteraan psikologis pasangan.

Kebanyakan orang yang menerima sikap silent treatment, akan mengalami frustrasi atau semakin marah karena kebutuhan emosional mereka tidak terpenuhi.

Mereka juga bisa merasa kebingungan dan bertanya pada diri sendiri alasan mendapatkan sikap diam ini, hingga berakhir dengan keadaan overthinking.

Dampak lain yang bisa terjadi akibat silent treatment dalam hubungan pernikahan, yakni:

1. Perasaan pada pasangan mulai pudar dan tidak dapat memahami satu sama lain.

2. Risiko terhadap kesehatan mental dan emosional, terutama pada penerima sikap silent treatment. Contohnya seperti kecemasan, gangguan tidur, dan penurunan percaya diri.

3. Pudarnya rasa saling percaya dan menciptakan jarak antar pasangan.

4. Terciptanya bentuk kekerasan emosional, seperti memanipulasi, menghukum, atau mengontrol pasangan.

Sikap silent treatment tiap orang juga dapat berbeda-beda. Untuk mengenalinya, berikut beberapa tanda-tanda yang perlu diketahui:

1. Sengaja mengabaikan Anda dengan jelas.

2. Bertindak seolah tidak terjadi apa-apa atau melakukan hal yang memancing reaksi emosi.

3. Tidak berkomunikasi selama berjam-jam, berhari-hari, hingga berbulan-bulan.

4. Pergi tanpa memberi tahu tujuannya dan hilang begitu saja tidak kembali.

5. Bicara dengan orang lain di depan Anda, namun tidak berbicara dengan Anda.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sikap silent treatment terjadi pada seseorang, diantaranya seperti:

1. Ketidakmampuan mengelola emosi atau menangani konflik secara terbuka, sehingga lebih memilih diam dibandingkan membuka pembicaraan hingga keadaan semakin panas.

2. Upaya untuk mengontrol atau memanipulasi keadaan, di mana bisa sebagai bentuk hukuman atau mendapatkan perhatian pada pasangan.

3. Penghindaran komunikasi karena takut berkonflik atau merasa tidak dipahami pihak lain.

4. Terbiasa berada di lingkungan dengan komunikasi tertutup atau terjebak rasa traumatis.

Agar hubungan dengan pasangan tetap romantis dan sehat, berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghadapi sikap silent treatment:

1. Dapat membedakan antara waktu sejenak untuk menenangkan diri dan menghindari komunikasi.

Biasanya pasangan yang lebih memilih menenangkan diri agar tidak melepaskan emosinya saat berkonflik, akan meminta waktu diam sejenak sekitar 30 menit. Bukan diam selama berhari-hari.

2. Lakukan pendekatan dengan baik, ungkapkan perasaan dengan jujur dan tenang.

Agar tidak terjadi konflik berat dan berakhir dengan sikap silent treatment, Anda bisa melakukan pendekatan dengan baik dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin tanpa terbawa emosi.

Kemudian, jika perlakuan silent treatment sudah berlebihan, bisa ungkapkan perasaan dengan jujur bahwa Anda sering diabaikan dan ingin tahu alasan dibalik sikap diamnya.

3. Meminta bantuan profesional.

Jika pola silent treatment terus berulang dan sudah menimbulkan luka emosional atau kesehatan mental terganggu, Anda bisa konsultasi dengan terapis pasangan atau psikolog keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah dan menyembuhkan kesehatan mental Anda.

4. Lakukan rutinitas komunikasi sehat

Anda bersama pasangan bisa melakukan rutinitas komunikasi sehat atau sesi curhat. Waktu tersebut bisa digunakan untuk membicarakan soal perasaan satu sama lain dan tindakan yang menyakiti antar pasangan.

Baca juga: 10 tanda pernikahan yang mulai tidak sehat

Baca juga: Psikolog: Jangan buat keputusan bercerai dalam keadaan emosional

Baca juga: "The Ultimate Wedding Guide" bahas dua masalah utama persiapan pernikahan

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |