Jakarta (ANTARA) - Hasil jajak pendapat perdana ekonomi kreatif Perhimpunan bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menunjukkan 60 persen responden meyakini sektor tersebut tumbuh pesat, dengan 43 persen melihat dampak positif pembangunan ekonomi regional dan kesejahteraan masyarakat.
Program ASEAN-UK Advancing Creative Economy, Rabu (22/10) meluncurkan Jajak Pendapat Persepsi Regional tentang Ekonomi Kreatif ASEAN pertama yang mengungkap optimisme publik terhadap ekonomi kreatif di kawasan Asia Tenggara.
"Jajak pendapat ini menegaskan ambisi besar untuk membangun ekonomi kreatif yang kokoh di seluruh kawasan ASEAN," kata Duta Besar Inggris untuk ASEAN Helen Fazey pada acara peluncuran jajak pendapat itu di Sekretariat ASEAN Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa berdasarkan pengalaman di Britania Raya, di mana kreativitas menjadi motor penggerak inovasi dan pertumbuhan dengan kontribusi lebih dari 124 miliar pound (sekitar Rp 2,7 kuadriliun) per tahun, pihaknya berkomitmen untuk membuka potensi serupa di Asia Tenggara melalui kemitraan strategis dengan ASEAN.
Jajak pendapat yang diinisiasi Sekretariat ASEAN dan negara-negara anggota melalui Senior Officials Responsible for Culture and Arts (SOMCA) itu memetakan secara komprehensif sikap publik dan realitas industri di 10 negara anggota ASEAN serta Timor-Leste.
Menurut hasil itu juga, sebanyak 54 persen responden setuju bahwa kearifan dan budaya lokal memegang peranan penting dalam pembentukan produk dan layanan kreatif.
Selanjutnya, 53 persen responden menyebutkan tingginya biaya sebagai kendala utama untuk mengakses produk kreatif, sedangkan 50 persen kalangan profesional menyoroti kurangnya koordinasi di tingkat regional.
Namun demikian, hanya 47 persen dari publik yang merasa 'cukup mengenal/familiar' dengan istilah ekonomi kreatif, yang mengindikasikan adanya kebutuhan untuk advokasi dan edukasi yang lebih luas.
Direktur British Council untuk Indonesia dan Asia Tenggara Summer Xia mengatakan jajak pendapat ini memberikan gambaran yang jelas mengenai prioritas utama komunitas kreatif di Asia Tenggara sekaligus menunjukkan letak kesenjangan.
"Kami tengah menerjemahkan temuan ini menjadi sebuah panduan praktis dalam ASEAN Creative Economy Sustainability Framework Companion Guide, yang bertujuan untuk membantu para pembuat kebijakan dan mitra merancang intervensi yang relevan, inklusif, dan berdampak jangka panjang," ucapnya.
Menurutnya, British Council merasa bangga dapat bersinergi dengan ASEAN dan Inggris dalam mewujudkan ekonomi kreatif yang benar-benar bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat.
Sementara itu, Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Komunitas Sosial-Budaya, San Lwin menegaskan bahwa momen ini merupakan tonggak penting dari kemitraan strategis ASEAN dan Inggris.
"Saya mengajak semua pihak untuk lebih berkomitmen membangun masa depan, di mana inovasi dan kreativitas menjadi konektor terkuat yang mendorong kemakmuran, mempererat persatuan budaya, memajukan keadilan sosial dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan yang inklusif guna menempa sebuah Komunitas ASEAN yang penuh peluang bagi semua," katanya.
Dengan jajak pendapat itu negara-negara anggota ASEAN beserta para mitranya dapat menyusun strategi yang lebih inklusif dan berkelanjutan untuk mengakselerasi pertumbuhan sektor kreatif yang kokoh dan berdaya saing.
ASEAN Creative Economy Sustainability Framework Companion Guide akan segera diterbitkan sebagai bagian dari program ASEAN-UK Advancing Creative Economy.
Baca juga: British Council sebut ekonomi kreatif kawasan ASEAN berkembang pesat
Baca juga: Pakar industri sebut ekonomi kreatif ASEAN perlu kebijakan inklusif
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.