Kemenangan China dalam PD II patut dikenang oleh masyarakat Taiwan

2 weeks ago 6

Beijing (ANTARA) - Delapan puluh tahun yang lalu, setelah 14 tahun perjuangan tanpa henti, rakyat China berhasil mengalahkan penjajah Jepang. Untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, bangsa China meraih kemenangan mutlak dalam perjuangan pembebasan nasional.

Kemenangan itu benar-benar menghancurkan rencana militer Jepang untuk menjajah dan memperbudak China dan memainkan peran yang menentukan dalam membawa kekalahan total para agresor Jepang, memberikan kontribusi besar terhadap Perang Antifasis Dunia.

Kemenangan ini diraih bukan hanya oleh militer, melainkan juga oleh warga sipil dari seluruh lapisan masyarakat di seluruh negeri. Mereka bertempur tanpa rasa takut di garis depan medan perang dan di belakang garis musuh, terlepas dari afiliasi politik dan daerah asal mereka.

Masyarakat Taiwan, meskipun saat itu berada di bawah kekuasaan kolonial Jepang, juga tidak absen dalam perang besar ini.

Setelah kekalahan dalam Perang China-Jepang pertama yang dimulai Jepang, Pemerintah Qing terpaksa menyerahkan Taiwan dan Kepulauan Penghu kepada Jepang pada 1895.

Sejak saat itu, generasi-generasi patriot di pulau itu terlibat dalam gerakan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial, baik lewat perlawanan bersenjata maupun nonkekerasan, dengan lebih dari 650.000 orang mengorbankan nyawa mereka.

Setelah Jepang melancarkan invasi besar-besaran ke China pada 1937, banyak orang menyeberangi Selat Taiwan untuk bergabung dengan rekan-rekan mereka di China Daratan dalam melawan penjajah.

Pada 1937 hingga 1945, lebih dari 50.000 kompatriot Taiwan bertempur di China Daratan, mengorbankan darah dan nyawa mereka demi menjunjung tinggi martabat sebagai rakyat China.

Kemenangan yang diraih bangsa ini mengakhiri penjajahan Jepang di Taiwan dan mengembalikan pulau itu ke pangkuan China.

Pada 25 Oktober 1945, pemerintah China mengumumkan kembalinya kedaulatan atas Taiwan, dan upacara untuk menerima pengakuan kekalahan Jepang di Provinsi Taiwan, yang menjadi medan perang pasukan Sekutu di China, diadakan di Taipei. Kembalinya Taiwan ke pangkuan China dirayakan secara luas di seluruh pulau itu, dan hari tersebut ditetapkan sebagai hari libur nasional pada 1946.

Kenangan ini, yang ditempa dengan darah dan api, menegaskan bahwa Taiwan merupakan bagian tak terpisahkan dari China dan menjadi bukti ikatan abadi serta nasib bersama di seberang Selat Taiwan.

Namun, saat ini di Taiwan, otoritas Partai Progresif Demokratik (Democratic Progressive Party/DPP) dan kekuatan-kekuatan separatis justru memilih mengabaikan kemenangan itu dan hasil perjuangan para pahlawan, bahkan berusaha menutupi kekuasaan kolonial Jepang, mengabaikan perlawanan rakyat Taiwan terhadap penindasan Jepang, meremehkan dan bahkan menyangkal fakta-fakta sejarah tentang kembalinya Taiwan ke pangkuan China.

Otoritas DPP menghapus hari kembalinya Taiwan dari daftar hari libur nasional pada 2001. Sejak DPP kembali berkuasa pada 2016, pihak otoritas telah menghentikan penyelenggaraan aktivitas peringatan, yang mengakibatkan memudarnya ingatan publik, terutama di kalangan generasi muda di Taiwan.

Sejarah menceritakan kisah masa lalu, tetapi juga menerangi masa depan.

Kemenangan pada tahun 1945 menunjukkan bahwa meskipun menghadapi kesulitan yang amat besar, kebrutalan perang, dan pengorbanan yang amat besar, tekad rakyat China untuk memulihkan kedaulatan nasional dan integritas teritorial mereka tetap tak tergoyahkan.

Masalah Taiwan timbul saat China dalam kondisi lemah dan dilanda kekacauan, dan akan terselesaikan saat negara tersebut kuat dan telah melakukan peremajaan.

Kini, China sudah sangat dekat, sangat yakin, serta lebih mampu untuk mencapai tujuan peremajaan nasional dan reunifikasi nasional sepenuhnya. Rakyat China, termasuk masyarakat di Taiwan, harus bersatu dan berjuang untuk tujuan mulia ini.

Ini merupakan penghormatan terbaik bagi semua orang yang mengorbankan nyawa mereka demi kemenangan 80 tahun yang lalu.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |