Jakarta (ANTARA) - Institut Teknologi PLN (ITPLN) menjadi delegasi Indonesia untuk perhelatan ilmiah global, International Conference on Electrical Machines and Systems (ICEMS) 2025, yang digelar di Busan, Korea Selatan, 16–19 November 2025. Tim ITPLN yang diwakili oleh Pusat Kajian Advanced Energy and Power System Solution (Ketua, Dr. Marwan Rosyadi) dan anggota (Prof Syamsir Abduh; Ir. Ibnu Hajar, MSc).
Prof Syamsir dan Dr. Marwan terpilih sebagai Oral Session Chair di ICEMS 2025 dengan mengupas solusi alternatif berupa Virtual Inertia Control for Grid-Connected Wind Frams A Novel Approach to Frequency Stability Enhancement.
Dalam paparannya, integrasi besar-besaran energi terbarukan, terutama dari pembangkit listrik tenaga angin, membawa tantangan baru bagi stabilitas sistem kelistrikan dunia. Salah satu tantangan adalah meningkatnya ancaman gangguan transien yang dapat memicu pemadaman massal (blackout).
Prof. Syamsir Abduh yang juga Wakil Rektor I ITPLN menjelaskan bahwa sistem itu dirancang untuk meningkatkan stabilitas frekuensi jaringan listrik ketika terjadi gangguan mendadak, seperti korsleting pada fasilitas tenaga angin skala besar.
“Teknologi ini berperan seperti ‘otot refleks’ sistem tenaga listrik. Ia meniru inersia generator konvensional agar jaringan tetap stabil sebelum sistem utama merespons,” ujar Syamsir di sela sesi presentasi di Korea, Senin, 17 November 2025.
Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi dengan anggota Pusat Kajian Studi dan Riset Energi Baru dan Terbarukan ITPLN yang diketuai Dr. Marwan Rosyadi dengan Prof. Syamsir Abduh dan Ir. Ibnu Hajar, MSc ini mengembangkan model kontrol pada inverter berbasis STATCOM/BESS (Battery Energy Storage System) yang dapat berfungsi sebagai layanan pendukung sistem tenaga listrik (ancillary service).
Menurutnya, penggunaan inverter dalam sistem energi terbarukan memang membuat inersia sistem tenaga menurun, sehingga sistem lebih rentan terhadap gangguan frekuensi.
“Melalui simulasi menggunakan perangkat lunak PSCAD/EMTDC, kami membuktikan bahwa sistem VICS mampu memberikan respons lebih cepat dan stabil dibanding metode konvensional,” kata Prof. Syamsir.
Dalam simulasi tersebut, sistem ini terbukti mampu menekan fluktuasi frekuensi secara signifikan pasca gangguan besar. Hal ini membuat sistem tenaga listrik lebih tahan terhadap perubahan beban mendadak maupun kegagalan unit pembangkit angin.
“Energi terbarukan seperti angin dan surya memang bersih dan berkelanjutan, tapi sifatnya yang tidak stabil membutuhkan solusi cerdas agar jaringan listrik tetap andal. VICS menjawab kebutuhan itu,” ucap Prof. Syamsir.
Prof. Syamsir menegaskan bahwa riset ini merupakan bagian dari komitmen ITPLN mendukung target net-zero emission 2050 melalui inovasi teknologi kelistrikan yang berkelanjutan. Selain sebagai pemakalah, Prof. Syamsir juga mendapat kehormatan untuk mengisi session chair dalam ICEMS 2025 ini. Setiap program penelitian ITPLN bisa diakses melalui www.itpln.ac.id.
“Kita tidak hanya mengejar transisi energi, tapi juga memastikan sistem kelistrikan nasional dan global tetap tangguh,” katanya.
Konferensi ICEMS 2025 dihadiri ratusan peneliti dan akademisi dari berbagai negara. Forum ini menjadi ajang pertukaran gagasan dan hasil penelitian terbaru di bidang sistem mesin listrik dan energi terbarukan.*
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































