PCO: Program CKG jadi titik awal menuju merdeka dari penyakit 

1 month ago 6
"Program CKG itu titik start menuju merdeka dari penyakit. Dari sini masyarakat akan muncul kesadaran untuk terus menjaga kesehatan,"

Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hariqo Wibawa Satria mengatakan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) merupakan titik awal menuju masyarakat merdeka dari penyakit

Menurutnya, melalui program tersebut, masyarakat diajarkan untuk mengubah pola pikir tentang upaya menjaga kesehatan.

"Program CKG itu titik start menuju merdeka dari penyakit. Dari sini masyarakat akan muncul kesadaran untuk terus menjaga kesehatan," kata Hariqo, dalam keterangannya, Senin.

Hariqo berharap dengan program CKG, setiap bertambahnya usia Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus, bertambah juga jumlah warga Indonesia yang merdeka dari sakit.

Untuk mewujudkan hal itu, Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah menjalankan program-program prioritas yang komprehensif dan berkesinambungan.

Mulai dari CKG, Stop TBC, revitalisasi RSUD, hingga tunjangan khusus bagi para dokter spesialis di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).

Saat ini, kata Hariqo, meski Indonesia sudah berusia 80 tahun, namun belum sepenuhnya lepas dari beban penyakit. Penyakit membuat beban keuangan dan sosial masyarakat semakin berat.

Di Indonesia, angka harapan hidup saat ini berada di kisaran 73 hingga 74 tahun. Risiko penyakit masih menjadi beban besar yang menggerus produktivitas tenaga kerja dan menekan laju Produk Domestik Bruto (GDP).

Studi menunjukkan kehilangan produktivitas akibat penyakit – melalui ketidakhadiran kerja, menurunnya kinerj hingga pensiun dini – telah mengurangi sekitar 6,5 persen GDP pada 2015.

Baca juga: Deteksi dini penyakit, Veronica Tan minta masyarakat jangan takut CKG

Baca juga: Veronica Tan ajak dua putranya jalani CKG di Puskesmas Penjaringan

Persentase itu diperkirakan meningkat menjadi 7,2 persen pada 2030 apabila dibiarkan. Beban ini diperparah oleh kerugian ekonomi akibat rokok yang pada 2019 mencapai Rp184 triliun hingga Rp410 triliun (setara 1,16 persen hingga 2,59 persen GDP).

Biaya obesitas sekitar Rp368 triliun serta hilangnya produktivitas akibat penyakit tropis seperti leptospirosis senilai lebih dari 2,8 miliar dolar AS per tahun.

"Data ini menegaskan bahwa investasi di bidang kesehatan bukan sekadar pengeluaran sosial, melainkan modal ekonomi yang strategis," kata Hariqo.

Hariqo mengatakan banyak anak Indonesia yang mengalami diabetes, obesitas, hingga sakit gigi karena kurang informasi dan edukasi. Kesehatan mata anak juga banyak terganggu karena penggunaan gawai yang berlebihan.

"Di sinilah pentingnya CKG sebagai tindakan pencegahan sekaligus pendidikan kesehatan," kata Hariqo.

Melalui sejumlah kebijakan pemerintah ini, kata dia, setiap peringatan Hari Kemerdekaan diharapkan tidak hanya menandai bertambahnya usia bangsa, tetapi juga meningkatnya jumlah rakyat Indonesia yang merdeka dari sakit.

Hal itu agar masyarakat mampu berkontribusi optimal terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

"Sehatnya masyarakat berdampak langsung pada angka harapan hidup dan mendorong produktivitas sumber daya manusia," kata Hariqo.

Peningkatan kualitas kesehatan akan memperbesar kontribusi tenaga kerja sehat terhadap GDP. Berbagai studi mencatat GDP bisa naik hingga 1 persen hingga 2 persen per tahun jika angka sakit menurun secara signifikan.

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |