Jakarta (ANTARA) - Indonesia adalah salah satu negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia. Letaknya di cincin api Pasifik menjadikannya rentan terhadap gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan erupsi gunung berapi.
Hampir setiap tahun, ribuan keluarga terdampak, jaringan transportasi terputus, dan fasilitas produksi terganggu. Namun, dampak yang jarang disorot adalah bagaimana bencana memukul rantai pasok dan sistem logistik yang menopang aktivitas ekonomi nasional.
Saat satu jalur distribusi terhenti, efeknya merambat cepat, termasuk pasokan bahan baku tersendat, produksi terganggu, biaya logistik melonjak, dan kepercayaan publik menurun.
Dalam kondisi ini, masalah bencana tidak lagi semata-mata urusan kebencanaan, melainkan soal keberlangsungan ekonomi, keamanan pasokan, dan stabilitas sosial.
Situasi kompleks ini menuntut cara pandang baru. Pendekatan tradisional yang hanya berfokus pada penanganan darurat sudah tidak cukup.
Hal yang dibutuhkan adalah sistem yang dapat memprediksi, menganalisis, dan merespons potensi gangguan, sebelum dampaknya meluas.
Di sinilah teknologi hadir bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai katalis untuk menciptakan ekosistem rantai pasok yang lebih tangguh.
Salah satu solusi yang sedang dikembangkan adalah pemanfaatan Internet of Things (IoT) untuk memberikan informasi real-time tentang kondisi lingkungan, jalur distribusi, dan titik-titik rawan bencana.
Teknologi ini memungkinkan sektor publik dan swasta bekerja lebih cerdas, bukan hanya lebih cepat. Sejumlah brand telah mengembangkan teknologi berbasis IoT ini, di antaranya Nearon IoT yang dikembangkan Synapsis dan akan diperkenalkan pada ajang Adexco 2025 pada 10 September 2025.
Adexco merupakan pameran dan konferensi kebencanaan dan perlindungan sipil terbesar di Asia, yang akan digelar pada 10–13 September 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta
Sistem berbasis IoT ini dirancang untuk memberikan visibilitas penuh terhadap kondisi lapangan di titik-titik penting rantai pasok. Sensor lingkungan memantau parameter kritis, seperti suhu, kelembapan, pergerakan tanah, atau potensi banjir, kemudian mengirimkan data ke sistem terpusat yang memprosesnya secara real-time.
Ketika ada anomali, sistem memicu notifikasi otomatis ke berbagai kanal, memungkinkan perusahaan logistik, pelaku industri, dan pemerintah mengambil langkah antisipatif, sebelum situasi menjadi darurat.
Bukan teknologinya yang penting, melainkan dampaknya yang memberikan kesempatan untuk menyelamatkan waktu, mengurangi kerugian, dan menjaga stabilitas distribusi barang dan layanan publik.
Nadi operasional
Di satu sisi rantai pasok adalah “nadi operasional" yang jika terganggu dapat melumpuhkan ekosistem bisnis.
Oleh karena itu pemanfaatan teknologi pemantauan berbasis IoT memberikan peluang untuk mendeteksi potensi gangguan lebih awal, membuat keputusan berbasis data, dan menjaga aliran barang serta layanan tetap terjamin.
Manfaat sistem semacam ini bukan hanya terasa saat bencana terjadi, tetapi juga pada tahap pencegahan.
Dengan pemantauan 24 jam penuh, perusahaan dapat mengalihkan rute logistik, mengatur ulang jadwal produksi, atau menyiapkan stok cadangan di lokasi strategis. Pendekatan preventif seperti ini membuat risiko lebih terkendali dan kepercayaan pelanggan dapat terjaga.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.