Sri Mulyani: Kerusuhan gugurkan fondasi bangsa yang berperikemanusiaan

2 weeks ago 6
Dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kerusuhan yang terjadi di Indonesia belakangan ini meruntuhkan fondasi bangsa yang berperikemanusiaan.

“Dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara, kita negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab,” kata Sri Mulyani dalam Instagram @smindrawati di Jakarta, Rabu.

Dalam unggahannya itu, ia mengenang lukisan bunga yang dilukisnya 17 tahun lalu, yang menjadi sasaran penjarahan rumah pribadinya pada Minggu (31/8) dini hari.

Sri Mulyani menuturkan, lukisan itu mempunyai makna personal yang cukup besar, yang merupakan hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi dirinya. Selayaknya rumah tempat anak-anaknya tumbuh dan bermain, lanjut dia, lukisan itu sangat pribadi dan menyimpan kenangan yang tak ternilai harganya.

Sementara si penjarah yang tertangkap kamera dan sempat diwawancara oleh wartawan, terlihat ringan membawa lukisan itu keluar dari rumah pribadinya, kata Sri Mulyani.

“Lukisan bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum, dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia,” ujarnya.

Dia pun melanjutkan, “Liputan penjarahan dimuat di media sosial dan diviralkan secara sensasional. Menimbulkan histeria intimidatif yang kejam. Hilang hukum, hilang akal sehat, dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan.”

Menteri Keuangan juga menyebutkan korban jiwa yang jauh lebih berharga dibanding sekadar lukisannya, seperti Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, dan Sumari.

Sri Mulyani mengatakan kehilangan ini menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga dan menjadi tragedi kelam bagi Indonesia.

“Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah, dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa,” tutup dia dalam unggahannya.

Berdasarkan kesaksian sejumlah warga di sekitar jalan rumah Sri Mulyani kepada ANTARA, Minggu (31/8), penjarahan terjadi dalam dua gelombang. Gelombang pertama terjadi pada pukul 01.00 WIB dan gelombang kedua pada 03.00 WIB.

Gelombang kedua melibatkan massa yang lebih banyak, dengan rata-rata penjarah diperkirakan berusia sekitar 20-an tahun.

Menurut sejumlah saksi lain, gerakan masa terlihat berpola. Mereka berkumpul terlebih dulu sekitar jam 12.30 dini hari di depan komplek Jalan Mandar dan bergerak masuk komplek usai menerima aba-aba. Saksi lain mengatakan di antara para penjarah ada yang membawa drone.

Usai penjarahan, Sri Mulyani menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan akan mengevaluasi untuk perbaikan usai kediamannya dijarah orang tak dikenal.

Dia mengaku memahami bahwa membangun Indonesia merupakan perjuangan yang tidak mudah. Ia pun mengajak masyarakat untuk saling menjaga dan membangun Indonesia bersama.

Baca juga: Sri Mulyani bebaskan PPN kuda kavaleri untuk Kemenhan dan TNI

Baca juga: Sri Mulyani teken aturan penggunaan SAL Rp16 triliun untuk KDMP

Baca juga: Sri Mulyani tegaskan belanja RAPBN 2026 dukung pembangunan daerah

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |