Jakarta (ANTARA) - Forum Komunikasi Pimpinan Kota (Forkopimko) Jakarta Timur mendeklarasikan sikap tolak anarkis hingga hoaks untuk menjaga Jakarta.
"Komitmen yang kita deklarasikan ini merupakan komitmen untuk menjaga kampung kita, kampung Jakarta Timur dalam meminimalisir gerakan-gerakan yang berbau provokatif maupun yang akan merusak nilai kebersamaan di Jakarta Timur," kata Wali Kota Jakarta Timur Munjirin di Kantor Wali Kota Jakarta Timur, Senin.
Deklarasi diikuti tokoh masyarakat, agama, perempuan, pemuda, etnis dan pimpinan organisasi kemasyarakatan hingga Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja Perangkat Daerah (SKPD/UKPD) di Jakarta Timur.
Baca juga: Forkopimko Jaksel-ormas deklarasi "Jaga Jakarta" tingkatkan keamanan
Menurut Munjirin, deklarasi ini sebagai bentuk ajakan seluruh masyarakat untuk menjaga keamanan dan ketertiban ibu kota usai aksi unjuk rasa.
Deklarasi berisi empat poin, pertama menentang tindakan anarkis dan vandalisme serta berita bohong (hoaks) dan provokasi yang negatif, kedua menjaga persatuan dan kesatuan antar elemen masyarakat.
Ketiga, siap menjaga Jakarta Timur dari tindakan yang dapat mengganggu keamanan serta ketertiban, dan keempat mengajak seluruh masyarakat bersama mengkampanyekan Jaga Jakarta.
Munjirin mengimbau, seluruh masyarakat di Jakarta Timur agar tidak terpengaruh dari beragam tindakan kekerasan dan anarki dalam aksi unjuk rasa karena akan berdampak pada proses pembangunan yang tengah berjalan.
"Tagline #JagaJakarta ini menjadi kecintaan kita dalam kebersamaan dan kedamaian jadi apapun tindakan kekerasan anarkis yang terjadi di lapangan, pasti akan membawa dampak bagi pembangunan," jelas Munjirin.
Baca juga: Elemen masyarakat Tanah Abang gelar deklarasi damai jaga Jakarta
Adapun gelombang aksi yang dimulai sejak Senin (25/8) di Gedung DPR RI berawal dari keinginan massa membubarkan parlemen, dan menyoroti beberapa kebijakan yang dinilai merugikan rakyat.
Massa mulai dari masyarakat di kalangan buruh, pekerja kantoran, hingga pelajar dan mahasiswa berbondong-bondong meramaikan gedung DPR RI dan beberapa titik di Jakarta.
Aksi tersebut berujung ricuh ketika polisi membubarkan massa dengan menyemprotkan gas air mata. Mereka terpencar ke berbagai ruas jalan di Jakarta.
Aksi berikutnya datang dari ribuan buruh pada Kamis (28/8) di Gedung DPR RI sejak pagi hingga siang hari. Namun, pada sore harinya kericuhan pecah di sejumlah titik, termasuk Pejompongan dan Jalan Asia Afrika.
Hari itu bersamaan dengan terjadinya insiden kendaraan taktis (rantis) Brimob melindas pengemudi ojek online, Affan Kurniawan (21) hingga tewas di kawasan Pejompongan.
Baca juga: Forum Lintas Ormas berkomitmen jaga Jakarta tetap kondusif dan aman
Baca juga: Forum Pembauran Kebangsaan DKI ajak warga jaga keamanan Jakarta
Aksi tersebut meluas ke beberapa titik di Jakarta hingga massa nekat merusak sejumlah fasilitas umum mulai dari pos polisi, rambu lalu lintas, hingga pembatas jalan. Bahkan, kendaraan yang berada di gedung rawan pun menjadi tumbal massa karena dibakar.
Tak hanya itu, kemarahan berujung pada penjarahan yang terjadi di beberapa rumah politisi mulai dari Ahmad Sahroni, Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio, Surya Utama alias Uya Kuya, Nafa Urbach, hingga kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Barang-barang di rumah tersebut digasak habis, bahkan massa juga meninggalkan jejak berupa coretan di tembok kediaman Anggota DPR RI.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.