Menko PMK ingin kecerdasan artifisial rawat lebih banyak budaya

2 weeks ago 11

Denpasar (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno ingin kecerdasan artifisial (AI) bisa merawat lebih banyak budaya dari yang saat ini terserap.

“Ayo bangun AI yang berbicara semua bahasa, merawat semua cerita, dan melayani semua orang, mari membuat kerangka tata kelola yang memprioritaskan martabat manusia dan keragaman budaya,” kata dia dalam forum internasional Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025, di Denpasar, Bali, Rabu.

Menko PMK Pratikno menjelaskan saat ini teknologi sangat berpengaruh terhadap kebudayaan dan masa depannya.

Perkembangan pesat dari teknologi digital dan kecerdasan artifisial telah mengubah kehidupan manusia, mengubah bagaimana pengetahuan dibentuk, dilestarikan, dan disebarkan.

Namun sayangnya, konsentrasi kekuatan digital saat ini dinilai belum setara, yang terlayani hanya dalam segelintir bahasa dan tradisi budaya, sehingga menyebabkan krisis dari representasi budaya.

“Data menunjukkan lebih dari 90 persen konten digital dibuat hanya dalam 12 bahasa, ini menyebabkan ribuan bahasa dan tradisi lisan lainnya terancam punah,” ujar Pratikno.

Baca juga: Pemerintah tekankan pentingnya integrasi etika dan inklusivitas AI

Menurut dia, hal ini bukan karena nilai dari budaya tersebut yang kurang, tetapi karena algoritma gagal untuk menemukan mereka.

“Sistem AI juga utamanya dilatih dengan sistem data (negara) barat yang membuat banyak budaya tak nampak secara daring, ini bukan hanya masalah teknis, ini adalah masalah yang menonjol,” kata dia.

Oleh karena itu, kata dia, jika ingin menjawab tantangan kecerdasan artifisial harus berpacu pada empat pilar utama, yang pertama dukungan komunitas dalam melestarikan tradisi budaya.

“Kedua, pengembangan AI yang inklusif, kita harus berinvestasi secara global dalam sistem multilingual AI yang menunjukkan spektrum kehidupan manusia, dipandu dengan penilaian dampak yang menghargai perbedaan dan mengurangi bias,” ujarnya.

Ketiga, edukasi literasi digital yang harus berakar pada nilai budaya, dan keempat, tata kelola yang berpusat pada manusia.

“AI harus melayani masyarakat, budaya, dan kedekatan komunitas, Indonesia mengembangkan kerangka etika di bawah Kementerian Komdigi untuk menempatkan martabat manusia dan pelestarian budaya di tengah perkembangan teknologi,” ujar dia.

Baca juga: Pemerintah buka konsultasi publik peta jalan kecerdasan artifisial

“Leluhur kita menjaga kebudayaan melalui kearifan, kerja sama, dan penghargaan satu sama lain, hari ini kita menghadapi tanggung jawab yang sama secara digital, mari kita pastikan teknologi akan memperkuat kesatuan budaya,” kata Pratikno.

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |