Yogyakarta (ANTARA) - The Coca-Cola Foundation dan Yayasan Obor Tani (YOT) meresmikan Embung Tremas, Pacitan, Jatim, untuk konservasi dan mengatasi kelangkaan air, memperkuat sektor pertanian lokal dalam penyediaan irigasi yang stabil, membantu petani lokal meningkatkan produktivitas, sekaligus mengurangi dampak perubahan iklim.
Hadir dalam peresmian Embung Tremas pada Rabu antara lain Triyono Prijosoesilo, selaku Senior Director of Public Affairs, Communications, and Sustainability PT Coca-Cola Indonesia sekaligus Ketua Coca-Cola Foundation Indonesia; Pratomo, Executive Director Yayasan Obor Tani; Indrata Nur Bayuaji, Bupati Pacitan; Andy F Noya, Founder BenihBaik.com; Kepala Desa Tremas Nur Hadi; dan Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas KH Luqman Harist Dimyathi.
Pratomo menjelaskan embung yang dibangun pada 2020-2021 tersebut ditargetkan bisa mengairi 30 hektare dan saat ini sudah menjangkau sekitar 6 hektare lebih lahan pertanian dan perkebunan petani setempat.
"Embung Tremas mempunyai kecukupan untuk mengairi tanaman keras kayu 30 hektare. Saat ini belum ada 10 hektare yang ditanami. Selain itu nanti daerah sini akan semakin adem karena embung akan menjadi radiator atau pendingin," katanya.
Dukungan embung tersebut, tambah Pratomo, ke depan diharapkan bisa menjadikan Desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur, menjadi agrowisata dan sentra produksi buah-buahan seperti durian dan kelengkeng yang saat ini totalnya ada seribuan tanaman.
"Embung ini adalah tadah hujan. Kami yakin embung akan penuh di musim penghujan, karena curah hujan di Indonesia itu 2.500 sampai 4.000 milimeter per tahun dan di Tremas ini 3.000 milimeter per tahun. Artinya, kalau hujan dalam seluruh musim ditampung, akan mendapatkan ketinggian 3.000 milimeter dan agar tidak meresap ke tanah, dialasi geomembrane," katanya.
Lokasi embung yang berada di atas bukit, lanjut Pratomo, untuk mengairi lahan pertanian secara gravitasi, tidak diperlukan pompa, tanpa listrik, tanpa BBM, teknologi tepat guna tersebut telah digunakan di total 140 desa se-Indonesia.
Sementara, Triyono Prijosoesilo menegaskan pihaknya ingin mendukung masyarakat Desa Tremas untuk berdaya melalui embung dan menambah kebermanfaatannya dari sisi maggot untuk pemanfaatan sampah organik menjadi protein bernilai tinggi untuk pakan ternak dan pupuk pertanian dengan menggandeng BenihBaik.com.
"Tujuan besarnya membangun ketahanan pangan, ketahanan lingkungan terkait untuk persediaan air, tetapi juga di sisi lain, membangun juga pemberdayaan masyarakat. Kami menghadirkan solusi berkelanjutan yang nyata dan berdampak positif. Maggot ini membentuk sistem berkelanjutan yang mengurangi timbunan sampah, menciptakan nilai ekonomi baru, serta sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan," katanya.
Triyono menjelaskan rumah maggot yang ada di area Embung Tremas, merupakan skala komunitas kerja sama dengan desa yang berasal dari sampah-sampah organik desa setempat berkisar 7 ton sampah per 20 hari dan maggot yang dihasilkan untuk pakan ikan yang ada di Embung Tremas dan pakan ternak petani.
Andy F Noya mengatakan program maggot tidak hanya menjadi solusi atas permasalahan sampah, tetapi juga bisa menjadi pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat tidak hanya dari Pondok Pesantren Tremas, tetapi juga bisa dari sampah-sampah dari masyarakat yang dikumpulkan secara komunal.
"Kita tahu di berbagai desa sampai hari ini sampah-sampah itu dikelola dengan tidak bijak, dibakar pagi dan sore. Bagaimana pencemaran udara begitu masif hampir di seluruh daerah di Indonesia. Solusi maggot ini, diminta oleh Coca Colla Foundation untuk dikembangkan di sini," katanya.
Ia berharap dengan program tersebut, masalah lingkungan dapat terselesaikan dan diikuti adanya pemberdayaan ekonomi dengan dukungan partisipasi masyarakat setempat.
Indrata Nur Bayuaji berharap Embung Tremas dan maggot dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat setempat untuk lebih berdaya dan ke depannya bisa menjadi salah satu tujuan wisata.
"Pemerintah Pacitan sangat mengapresiasi kolaborasi yang terjalin di Tremas. Embung ini dan sistem pengelolaan sampah organik bukan sekadar infrastruktur, tetapi katalis perubahan. Keduanya menawarkan solusi inovatif atas tantangan lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru. Kami melihat inisiatif ini sebagai fondasi penting untuk mengembangkan potensi Tremas sebagai destinasi agrowisata dan ekowisata di masa depan," katanya.
Nur Hadi menyampaikan terima kasih atas dukungan embung dan program maggot karena akan dapat menopang ketahanan pangan dan menjadi potensi pendapatan masyarakat desa setempat.
Baca juga: Coca-Cola Y3000 bawa kesegaran minuman dan AI canggih yang futuristik
Baca juga: Coca-Cola berkomitmen jalankan praktik ekonomi sirkular di Indonesia
Baca juga: Coca-Cola luncurkan kemasan botol dari plastik daur ulang
Pewarta: Nur Istibsaroh
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.