BNPT ingatkan cegah ancaman intoleransi dan radikalisme sejak dini

3 weeks ago 13

Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan ancaman intoleransi, radikalisme, hingga terorisme harus dicegah sejak dini karena dapat melemahkan fondasi bangsa.

Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayor Jenderal TNI Sudaryanto mengajak seluruh elemen masyarakat diajak untuk menjaga persatuan dan memperkuat komunikasi melalui forum dialog kebangsaan guna memecahkan berbagai masalah sosial di masyarakat.

"Ini penting dalam melakukan pencegahan dini intoleransi, radikalisme, dan terorisme," kata Mayjen TNI Sudaryanto dalam kegiatan Dialog Kebangsaan Bersama Pemuda dalam Rangka Meningkatkan Toleransi dan Moderasi Beragama di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Rabu, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.

Untuk itu, dirinya sangat mengapresiasi terselenggaranya Dialog Kebangsaan yang dihadiri lengkap oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Manggarai Barat beserta tokoh masyarakat, adat, pemuda, dan elemen masyarakat lainnya tersebut.

Sudaryanto mengungkapkan kegiatan seperti itu sangat penting untuk memperkuat komunikasi dan mencegah terjadinya kesalahpahaman di tengah masyarakat.

“Kalau di Surabaya dulu saya menyebutnya cangkrukan, di mana setiap minggu kami berdialog dengan Forkopimda dan masyarakat agar komunikasi tidak lemah. Forum seperti ini bermanfaat sebagai wahana untuk menyelesaikan persoalan bersama,” ungkap dia.

Menurutnya, meski Manggarai Barat relatif kondusif, dialog kebangsaan tetap diperlukan agar berbagai bibit masalah seperti intoleransi dan radikalisme bisa diantisipasi sejak dini.

Pasalnya kalau dibiarkan tumbuh, kata dia, intoleransi bisa berkembang menjadi radikalisme, ekstremisme, hingga terorisme, sehingga sebelum membesar, harus dihilangkan sejak awal.

Sudaryanto juga menyinggung sejarah lahirnya bangsa Indonesia yang dibangun atas dasar persatuan dalam perbedaan. Para pendiri bangsa yang tergabung dalam Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera, Jong Ambon, dan organisasi kepemudaan lainnya sepakat memilih Pancasila dan Burung Garuda sebagai lambang persatuan.

“Namun, kini perbedaan agama atau suku sering dijadikan masalah. Padahal, persatuan dan kesatuan adalah kunci agar bangsa ini kuat,” ucap Sudaryanto.

Ia pun mengingatkan isu radikalisme sering disusupkan pihak luar dengan menyasar generasi muda sebagai target utama.

Apalagi, sambung dia, Pemerintah menargetkan Indonesia pada 2045 masuk lima besar ekonomi dunia. Tetapi, ada pihak yang tidak senang dengan kemajuan itu.

Karena itu, dirinya menegaskan para pemuda harus terus dijaga sebagai penerus yang kelak menggantikan para pemimpin daerah dan nasional.

Dalam kesempatan itu, Sudaryanto juga mengajak organisasi masyarakat (ormas) dan tokoh agama berperan sebagai jembatan antara masyarakat dan pemerintah untuk menjadi penyeimbang sekaligus memberi kontribusi yang konstruktif.

“Terima kasih atas kehadiran semua pihak dalam dialog ini. Semoga forum ini menjadi sarana strategis untuk saling berkomunikasi, bertukar pikiran, dan menghasilkan kesepahaman sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam bingkai NKRI,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Manggarai Barat Yulianus Weng mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menjaga kondusivitas daerah dalam mendukung perkembangan pariwisata.

Dia mengatakan Labuan Bajo, yang kini menjadi destinasi prioritas wisata dunia, membutuhkan suasana aman dan nyaman bagi wisatawan, di mana rasa aman bukan hanya tugas aparat keamanan, melainkan juga tanggung jawab semua pihak.

"Pemuda adalah tulang punggung bangsa, sebagaimana pesan Bung Karno: Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia,” tutur Yulianus.

Ia menambahkan, situasi Manggarai Barat saat ini relatif kondusif berkat sinergi tokoh agama, masyarakat, dan Forkopimda. Dirinya turut menekankan pentingnya toleransi yang sudah lama hidup di Manggarai Barat.

Dikatakan bahwa dalam perayaan besar keagamaan, pengamanan tidak hanya dilakukan aparat, tetapi juga melibatkan pemuda lintas agama.

“Ketika Natal atau Paskah, Banser dan remaja masjid ikut menjaga. Begitu pula saat Idul Fitri, anak-anak muda Katolik dan Kristen juga turut mengamankan. Ini lah wajah kerukunan kita,” ungkapnya.

Baca juga: BNPT jangkau institusi pendidikan perkuat kewaspadaan terorisme

Baca juga: BNPT tegaskan komitmen negara hadir bagi korban terorisme

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |