Wamenkomdigi: Berpikir kritis penting di tengah perkembangan adopsi AI

2 months ago 19
AI dapat memunculkan figur-figur yang tidak jelas asal-usulnya, namun bisa mendadak populer karena dorongan sistem algoritma

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menekankan pentingnya manusia memiliki kemampuan berpikir kritis (critical thinking) di tengah perkembangan pesat dan tren adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI).

"Di tengah gelombang teknologi baru ini, ada satu hal yang paling penting yaitu tetap menjaga critical thinking, termasuk bagaimana kita berhubungan dengan artificial intelligence," kata Nezar dalam diskusi Ngobrolin Buku bareng Wamenkomdigi: "Neksus: Riwayat Jejaring Informasi, dari Jaman Batu ke Akal Imitasi" di Kantor Kemkomdigi, Jakarta pada Senin.

Menurutnya, laju teknologi baru seperti AI tidak bisa ditahan oleh manusia karena didukung oleh kondisi ekosistem digital saat ini seperti infrastruktur dan konektivitas.

Nezar menjelaskan bahwa perkembangan AI saat ini didorong oleh dua faktor utama yakni ketersediaan big data dan konektivitas yang hampir merata di seluruh dunia.

Baca juga: Peta jalan AI akan diuji publik pada Agustus 2025

Berbeda dengan era 1980-an dan 1990-an, saat ini sebagian besar wilayah di bumi sudah terhubung dengan infrastruktur data, sehingga memungkinkan AI berkembang dengan cepat.

Menurutnya, pemanfaatan AI yang tidak disertai pemahaman kritis dapat menimbulkan risiko manipulasi informasi dan opini publik. Dia mencontohkan, AI dapat memunculkan figur-figur yang tidak jelas asal-usulnya, namun bisa mendadak populer karena dorongan sistem algoritma.

"Tiba-tiba ada tokoh yang muncul entah dari mana, latar belakang yang tidak jelas. Dia bisa jadi sangat top dan itu bisa dihasilkan (AI). Jadi critical thinking menghadapi hal seperti itu sangat penting," ujar Nezar.

Meski begitu, Nezar menilai teknologi AI tetap menyimpan peluang besar untuk menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi, asalkan digunakan secara bijak.

Baca juga: Peneliti Singapura kembangkan AI untuk prediksi kambuhnya kanker hati

Ia mendorong masyarakat untuk tidak terjebak dalam pengaruh AI, tapi tetap kritis dan sadar bahwa teknologi tersebut merupakan ciptaan manusia.

"Kita harus tahu bahwa ini semua yang bikin manusia. Kita harus cukup kritis dan tidak terserap masuk, tapi mengambil jarak dan menggunakannya secara tepat. Yang penting kita memaksimalkan manfaatnya kemudian memperkecil risiko-risikonya," ucap Nezar.

Baca juga: CEO Perplexity: Agen AI bisa otomatisasi penuh pekerjaan eksekutif

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |