Kazakhstan gabung Perjanjian Abraham, Trump sebut langkah bersejarah

1 hour ago 2

Washington (ANTARA) - Presiden AS Donald Trump, Kamis (6/11) mengatakan bahwa Kazakhstan telah setuju untuk secara resmi memasuki serangkaian kesepakatan normalisasi Perjanjian Abraham (Abraham Accords) yang telah dimediasi antara Israel dan negara-negara mayoritas Muslim.

"Kazakhstan adalah negara pertama di masa jabatan kedua saya yang bergabung dengan Perjanjian Abraham, yang pertama dari banyak kesepakatan lainnya. Ini adalah langkah maju yang besar dalam membangun jembatan di seluruh dunia," tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

"Hari ini, lebih banyak negara yang berbaris untuk mewujudkan Perdamaian dan Kemakmuran melalui Perjanjian Abraham saya," katanya.

"Kami akan segera mengumumkan Upacara Penandatanganan untuk meresmikannya, dan masih banyak lagi negara yang mencoba bergabung dengan kelompok negara ini. Masih banyak lagi yang akan datang dalam menyatukan negara-negara untuk Stabilitas dan Pertumbuhan -- Kemajuan nyata, hasil nyata," tambahnya.

Trump menjamu Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev dan pemimpin empat negara Asia Tengah lainnya di Gedung Putih untuk jamuan makan pada Kamis malam.

Perjanjian Abraham adalah perjanjian normalisasi yang ditandatangani antara Israel dan beberapa negara mayoritas Muslim selama masa jabatan pertama Trump.

Sebelum Kazakhstan bergabung, empat negara telah menandatangani itu: Bahrain, Maroko, Sudan, dan Uni Emirat Arab.

Tidak jelas apa yang berubah dengan bergabungnya Kazakhstan ke dalam Perjanjian Abraham karena tidak seperti negara-negara lain, Kazakhstan telah lama menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dan mengakui negara tersebut pada 1992, tak lama setelah runtuhnya Uni Soviet.

Ditanya tentang fakta bahwa Kazakhstan telah mengakui Israel selama 33 tahun, Wakil Presiden AS JD Vance mengatakan bahwa bergabungnya Kazakhstan "memberikan momentum yang besar bagi Perjanjian Abraham."

"Apa yang telah dilakukan presiden sebenarnya menandakan bahwa momentum Perjanjian Abraham masih hidup dan baik di pemerintahan kedua," ujarnya kepada wartawan pada Kamis malam.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan, melalui keputusan untuk bergabung dalam perjanjian tersebut, Kazakhstan telah menyetujui "kemitraan yang membawa pembangunan ekonomi khusus dan unik dalam berbagai isu yang dapat mereka kerjakan" dengan Israel untuk dikembangkan.

Trump telah lama berupaya agar Arab Saudi, dan baru-baru ini Suriah setelah jatuhnya Bashar al-Assad, bergabung dalam perjanjian tersebut. Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dijadwalkan mengunjungi Gedung Putih bulan ini.

Masih belum jelas apakah Trump akan berupaya mengumumkan keikutsertaan mereka dalam pakta tersebut selama kunjungan tersebut.

Ketika ditanya oleh seorang reporter apakah dia akan membahas Perjanjian Abraham ketika bertemu dengan al-Sharaa pada Senin, Trump menolak, dengan mengatakan: "Baiklah, kami akan bertemu, dan saya pikir dia melakukan pekerjaan yang sangat baik."

"Ini kawasan yang sulit, dan dia orang yang tangguh, tetapi saya berhubungan baik dengannya. Dan banyak kemajuan telah dicapai dengan Suriah. Itu memang sulit, tetapi banyak kemajuan telah dicapai," katanya.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Lima pegawai Perpusnas jadi pemateri dalam Kongres WLIC di Kazakhstan

Baca juga: OIKN: Lima penanam modal Republik Kazakhtan tertarik investasi di IKN

Baca juga: Kazakhstan bentuk unit AI untuk modernisasi angkatan bersenjata

Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |