Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono menegaskan komitmen pihaknya untuk terus mengawal hadirnya regulasi yang berpihak pada kesejahteraan dan kemajuan penulis Indonesia.
“Mendengar, bekerja dan mengawal agar peran negara hadir melalui regulasi, kebijakan, dan insentif yang tepat untuk para penulis,” kata Ibas, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Ibas dalam Audiensi dengan penulis perempuan muda Indonesia bertajuk “Ibu Punya Mimpi, Perempuan Berkisah: Penulis Indonesia Mendunia Tak Terbatas” di Gedung MPR RI, Jakarta (12/3).
“Jadi tidak hanya di dunia musik, tapi di dunia cipta karya buku ini juga masih perlu kita dengar, kita carikan solusi terbaiknya, dan kita pikirkan bagaimana yang menguntungkan untuk semua pihak,” ucapnya.
Baca juga: Fadli Zon luncurkan buku "Buitenzorg pada Sekeping Kartu Pos"
Menurut dia, membaca dan menulis bukan hanya sekedar ekspresi diri, melainkan merupakan bagian dari memajukan ibu pertiwi.
Meski demikian, dia menyebut penulis menghadapi berbagai tantangan dan kendala di era digital saat ini, diantaranya, rendahnya tingkat literasi Indonesia yang berada di peringkat 100 dari 208 negara berdasarkan peringkat UNESCO tahun 2021.
“Ini menunjukkan kurangnya minat baca yang berdampak pada lemahnya apresiasi karya tulis. Tidak hanya berbicara yang ada di Jakarta dan di kota-kota besar, tetapi di seluruh pelosok tanah air,” ujarnya.
Selain perkembangan teknologi digital, dia juga menyebut penulis di Indonesia menghadapi kendala berupa plagiarisme dan pembajakan buku yang masih cukup marak.
"Merugikan penulis yang bergantung pada royalti. Hak cipta kerap diabaikan dan mengancam kesejahteraan para penulis. Akibatnya penulis pemula akan kesulitan mengembangkan keahliannya dalam menulis,” katanya.
Baca juga: BNN jadikan "IKAN" sebagai buku saku bagi siswa perangi narkoba
Selain menyoroti tentang pajak penghasilan penulis, dia lantas menilai perlunya pendanaan dan hibah literasi agar terus ditingkatkan.
“Kami juga berharap negara bisa memperhatikan agar pendanaan dan hibah literasi bisa terus tumbuh dan meningkat, lebih besar. Pendanaan terkait dengan dana Indonesia, terakhir di masa lalu itu sekitar Rp2 T (triliun), itu bisa terus kita lanjutkan atau tingkatkan,” tuturnya.
Untuk itu, dia berharap adanya keberpihakan dalam pendidikan dengan pemberian beasiswa bagi mereka yang memiliki keahlian dalam bidang seni dan karya tulis, termasuk pemberian penghargaan dan apresiasi kepada penulis.
Ibas juga mendorong agar jumlah buku yang beredar semakin besar, berkualitas, dan bervariasi guna mendorong kreativitas para pembaca di tanah air.
“Melalui pameran buku atau bisa kita lakukan dengan international book fair, kolaborasi serupa di tingkat nasional dan tingkat dunia, memastikan minat baca anak kita semakin meningkat,” katanya.
Di akhir sambutannya, dia pun berharap diskusi itu mampu menjadi penyemangat guna menghadirkan landasan dalam merancang kebijakan yang lebih progresif, inklusif dan berkelanjutan bagi penulis di tanah air.
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025