Sejarah Hari Perawat Internasional

4 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Dunia memberikan penghargaan dan apresiasi kepada seluruh perawatan atas jasanya berarti dalam kesehatan masyarakat. Hal ini kerap diperingati setiap tahunnya pada tanggal 12 Mei.

Dibalik peringatan tahunan ini, tersimpan sejarah panjang yang penuh perjuangan profesi keperawatan dalam kontribusinya untuk masyarakat luas.

Khusus tahun 2025, Hari Perawat Internasional mengusung tema Our Nurses. Our Future. Caring for nurses strengthens economies, yang artinya "Perawat Kita. Masa depan kita. Kekuatan ekonomi dalam perawatan".

Tema tahun ini menyoroti peran perawat dalam memperkuat sistem kesehatan dan ekonomi dunia, sekaligus prioritas kesejahteraan mereka agar terciptanya layanan kesehatan dunia yang berkualitas dan penuh kasih sayang.

Kisah sejarah Hari Perawat Internasional

Ide untuk merayakan profesi perawat secara internasional pertama kali muncul pada tahun 1953. Dorothy Sutherland dari Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan Amerika Serikat mengusulkan kepada Presiden Dwight D. Eisenhower untuk menetapkan hari khusus bagi perawat.

Namun saat itu, usulan tersebut belum langsung direspon. Akhirnya, pada tahun 1965, International Council of Nurses (ICN) secara resmi menetapkan Hari Perawat Internasional.

Penetapan tanggal 12 Mei sebagai hari peringatan baru dipilih pada tahun 1974, bertepatan dengan hari lahir Florence Nightingale, yang dianggap sebagai ibu keperawatan modern. Namanya pun selalu diabadikan pada peringatan Hari Perawat Internasional.

Sebenarnya, keperawatan sudah ada sejak pertengahan abad ke-19, namun kembali dipelopori peran penting sosok perawat oleh Florence Nightingale. Ia merupakan putri dari pasangan Inggris terkaya, sekaligus penentang anggapan tentang perawat pada zaman itu.

Saat itu, pekerjaan merawat orang lain, terutama yang bukan anggota keluarga, tidak dianggap layak bagi wanita terpelajar. Mereka yang memiliki pendidikan justru lebih baik memberikan perawatan kepada orang-orang terdekatnya saja, seperti keluarga.

Namun, Florence Nightingale menantang anggapan itu. Ia menjunjung nilai bahwa wanita yang berpendidikan kesehatan mampu memberikan perawatan yang lebih bermartabat bagi semua pasien, dari orang asing atau orang terdekat.

Selain itu, keperawatan merupakan bidang profesional yang bisa menjadi pilihan karir, sekaligus menjadi ruang intelektual dan sosial bagi perempuan.

Dibalik keyakinannya itu, Nightingale akhirnya memiliki kesempatan untuk membuktikan gagasannya pada tahun 1854, saat Perang Krimea, Perang Dunia II di Inggris.

Pemerintah Inggris menunjuk Nightingale untuk memimpin tim perawat ke rumah sakit militer di Scutari (sekarang Uskudar, Turki).

Di sana, ia langsung menerapkan prinsip sanitasi, sirkulasi udara, makanan bergizi, serta aturan tepat dalam pemberian obat dan perawatan berdasarkan ilmu keperawatan abad ke-19.

Hasilnya, angka kematian turun dalam waktu singkat dan para tentara dapat sembuh dari penyakit menular.

Peran Nightingale dan perawat lainnya tak hanya membawa perubahan kondisi medis perang, tetapi juga meninggalkan kesan sehingga dikenal sebagai “The Lady with the Lamp” atau wanita dengan lampu.

Istilah itu lahir karena melihat perawat yang kerap yang menyusuri lorong-lorong rumah sakit untuk menemani dan mengobati para pasien di malam hari sambil memegang lampu.

Hingga akhirnya keyakinan Nightingale bahwa peran perawat yang terdidik dapat dipercayai dalam kesehatan pasien, telah diterima luas di dunia Barat pada akhir abad ke-19.

Setelah itu, Nightingale mulai menyebarkan reformasi sistem perawatan kesehatan dan keperawatan dengan membuka Sekolah Perawat Nightingale di Rumah Sakit St. Thomas, London.

Keberhasilan Nightingale menandai perubahan besar dalam praktik merawat. Sebab sebelumnya, perawatan pasien lebih banyak dilakukan di rumah dan diserahkan kepada keluarga atau anggota komunitas yang dikenal sebagai penyembuh penyakit.

Untuk mengenang sejarah keperawatan ini, lahir Hari Perawat Internasional. Setiap tahun, ICN memilih tema yang relevan dengan isu-isu di dunia keperawatan, seperti beban kerja, sumber daya pekerja, hingga pendanaan.

Lebih dari sekedar acara seremoni, ICN menyerukan agar pemerintah dan berbagai institusi kesehatan berinvestasi dalam pendidikan, perlindungan, serta kesejahteraan perawat untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih baik.

Dengan memprioritaskan kesejahteraan perawat, masyarakat di seluruh dunia diingatkan bahwa masa depan kesehatan masyarakat dan ekonomi sangat bergantung pada peran mereka yang berdampak besar bagi kehidupan.

Hari Perawat Internasional pun juga menjadi momen refleksi dan aksi, agar “lampu” Florence Nightingale terus menyala dan menerangi jalan menuju masa depan masyarakat yang lebih sehat.

Baca juga: Potret perayaan Hari Perawat Internasional di China

Baca juga: Ketua DPR: COVID-19 jadi evaluasi pentingnya investasi keperawatan

Baca juga: PPNI: Investasi global perlu untuk wujudkan perawat tangguh

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |