Beijing (ANTARA) - Pemerintah China mengungkapkan dukungannya terhadap rencana perundingan damai antara Rusia dan Ukraina yang akan digelar di Turki.
"Posisi China tentang krisis Ukraina konsisten dan jelas. Kami mendukung semua upaya untuk perdamaian," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (12/5).
pada Sabtu (10/5) Presiden Rusia Vladimir Putin mengundang Kiev untuk melanjutkan pembicaraan damai di Turki yang sempat terhenti pada Maret 2022.
Atas tawaran Putin tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan di X pada Minggu (11/5) bahwa Ukraina menerima usulan Rusia untuk melanjutkan pembicaraan damai di Turki pada 15 Mei 2025.
"Kami berharap bahwa pihak-pihak terkait akan terus bekerja untuk mencapai kesepakatan perdamaian yang adil, jangka pangjang dan mengikat yang diterima oleh semua pihak terkait melalui dialog dan negosiasi dan pada akhirnya mewujudkan penyelesaian krisis Ukraina," tambah Lin Jian.
China, kata Lin Jian, tetap berpandangan bahwa dialog dan negosiasi politik adalah satu-satunya jalan keluar yang layak dari krisis Ukraina.
"China akan terus bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk memainkan peran konstruktif dalam menyelesaikan krisis dan mencapai perdamaian abadi, sesuai dengan keinginan para pihak yang berkonflik," ungkap Lin Jian.
Putin dalam pernyataannya mengatakan Rusia siap untuk bernegosiasi serius dengan Ukraina dengan tujuan menghilangkan akar penyebab konflik, untuk membangun perdamaian jangka panjang dan abadi dalam perspektif sejarah.
Putin juga tidak mengesampingkan kemungkinan dicapainya gencatan senjata selama perundingan dengan Ukraina.
"Ada aksi militer, perang sedang berlangsung sekarang. Dan kami mengusulkan untuk melanjutkan negosiasi yang terhenti bukan oleh kami. Apa yang salah dengan itu? Mereka yang benar-benar menginginkan perdamaian tidak bisa tidak mendukungnya," tambah Putin.
Sementara Zelenskyy mengatakan Ukraina menunggu gencatan senjata penuh dan berkelanjutan, untuk menyediakan dasar yang diperlukan bagi diplomasi.
"Tidak ada gunanya memperpanjang pembunuhan ini. Dan saya akan menunggu Putin di Turki pada Kamis. Secara pribadi. Saya berharap kali ini Rusia tidak akan mencari-cari alasan," kata Zelenskyy.
Menyambut pernyataan Putin, Presiden Turki Recep Erdogan mengatakan bahwa Turki siap menjadi tuan rumah perundingan. Ia pun langsung menghubungi Putin untuk memberi dukungan berlanjutnya pembicaraan damai tersebut.
Sebelum Zelenskyy mengumumkan bersedia melanjutkan perundingan, Donald Trump menulis di Truth Social di X bahwa Putin "tidak ingin mengadakan perjanjian gencatan senjata dengan Ukraina, tetapi ingin bertemu pada Kamis di Turki untuk merundingkan kemungkinan diakhirinya Pertumpahan Darah."
"Ukraina harus menyetujui ini, SEGERA. Setidaknya mereka akan dapat menentukan apakah kesepakatan itu mungkin atau tidak, dan jika tidak, para pemimpin Eropa, dan AS, akan mengetahui keadaannya, dan dapat melanjutkan proses sesuai pembicaraan itu!" tulis Trump.
Trump mengatakan dia mulai meragukan Ukraina dapat mencapai kesepakatan dengan Rusia, "yang terlalu sibuk merayakan Kemenangan Perang Dunia II, yang tidak mungkin dimenangkan (bahkan tidak mendekati!) tanpa Amerika Serikat."
Dia lalu menambahkan pesan pada X, "LAKUKAN PERTEMUAN, SEKARANG,"
Baca juga: China dukung negosiasi soal Ukraina usai pertemuan Trump dan Zelenskyy
Baca juga: Beijing minta Zelensky tak gegabah ungkap soal warga China di Ukraina
Baca juga: Xi Jinping tetap ke Moskow meski Rusia-Ukraina terus saling serang
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025