Tiga masalah kesehatan yang banyak dialami ibu hamil

7 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kandungan dan kebidanan lulusan Universitas Indonesia dr. Arief Gazali, Sp.OG memaparkan tiga masalah kesehatan yang banyak dialami oleh ibu hamil di Indonesia.

"Terkadang ibu hamil itu kontrol, rutin setiap bulan tapi tiba-tiba darah tinggi, tiba-tiba komplikasi, tiba-tiba pendarahan. Sebetulnya ini kalau kita teliti lebih lanjut, harusnya kan ada tanda-tandanya," kata Arief dalam wawancara eksklusif bersama ANTARA di Jakarta, Selasa.

Dokter yang melangsungkan praktik di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC) Jakarta itu menekankan angka kematian dan kesakitan ibu melahirkan di Indonesia menjadi yang paling tinggi di kawasan Asia Tenggara.

Baca juga: POGI: Kematian ibu di Indonesia jauh lebih kompleks dari negara lain

Di mana tiga masalah utamanya yakni preeklamsia atau kondisi saat ibu hamil mengalami darah tinggi secara tiba-tiba, pendarahan yang disebabkan oleh kurangnya zat besi, serta terkena infeksi yang berujung pada malnutrisi.

Pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia, ia menjelaskan biasanya tanda-tandanya sudah dapat dilihat sejak usia kandungan menginjak tiga bulan. Salah satu tandanya yakni adanya gangguan aliran darah.

"Kita harus lihat gangguan aliran darah itu disebabkan oleh apa, kurang kalsium, kurang beberapa mikronutrien atau apa, kalau iya, itu kan bisa dilengkapi sebetulnya," kata Arief.

Menginjak usia lima bulan, perlu dipastikan apakah gangguan aliran darahnya membaik atau tidak. Apabila gangguan itu tidak membaik, maka ibu hamil akan dinyatakan terkena preeklamsia dan berpotensi berpengaruh terhadap kualitas bayi yang dikandung.

Baca juga: Angka kematian ibu dan bayi di China terus menurun

Terkait dengan pendarahan, Arief menyatakan banyak ibu hamil mengalami anemia. Kondisi tersebut akan membuat tubuh ibu memerlukan energi yang lebih besar saat persalinan.

Menurutnya hemoglobin yang cukup akan mempermudah tubuh mengalirkan oksigen dan mengantarkan nutrisi, sehingga kondisi ketika kontraksi akan lebih baik.

"Setelah bayi lahir, rahim itu harus berkontraksi terus menerus. Untuk apa? mencegah yang namanya pendarahan, ini (angka kematiannya) juga masih agak cukup tinggi," katanya.

Penyebab berikutnya adalah infeksi yang sangat lekat kaitannya dengan gaya hidup. Arief mencontohkan ketika ibu mengalami masa keputihan ringan, ibu tidak segera pergi ke rumah sakit dan menganggap hal tersebut bukan masalah.

Padahal, katanya, bisa saja itu merupakan tanda anak akan segera lahir. Contoh lainnya yakni kondisi di mana air ketuban pecah. Ketuban pecah dinyatakan normal apabila pembukaan sudah di atas 4.

Baca juga: Angka kematian ibu di Brunei turun signifikan pada dua dekade terakhir

Jika di bawah itu maka ketuban pecah sebelum waktunya dan berpotensi menyebabkan ibu mengalami persalinan prematur.

"70 persen persalinan prematur adalah infeksi, infeksi itu bisa karena daya tahan tubuh rendah, dari gaya hidup yang salah atau memang sesimpel tidak mengerti kalau dia itu dalam kondisi yang bahaya," ucap Arief.

Arief menekankan selain memperburuk kondisi ibu, infeksi juga memengaruhi kesehatan bayi yang baru lahir, terutama jika dilahirkan secara prematur. Sebab, tubuh bayi cenderung lebih lemah dan membutuhkan kekuatan lebih untuk menjaga dirinya tetap hidup.

"Ketika dia hipotermia, dia belum bisa makan, itu otaknya habis energinya. Di mana ketika ada jaringan otak yang rusak, dia enggak akan balik lagi (kondisinya)," ujar dia.

Baca juga: Kiat ibu hamil jaga keamanan janin saat berolahraga

Baca juga: Minum air kelapa bisa mendatangkan manfaat bagi ibu hamil

Baca juga: Cegah diabetes selama kehamilan dengan pola makan bergizi seimbang

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |