Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis syaraf lulusan Universitas Indonesia dr. Hadet Prisdhiany, Sp.N menyebut terdapat sejumlah tanda dari nyeri pinggang yang harus diwaspadai karena dampaknya bagi kesehatan tubuh ke depan.
"Kalau ada nyeri yang tidak membaik dengan obat, kemudian nyerinya mulai menjalar berarti ada penekanan pada syaraf pusatnya," kata Hadet dalam wawancara eksklusif bersama ANTARA di Jakarta, Selasa.
Dokter yang melangsungkan praktik di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC) Jakarta tersebut menjelaskan rasa nyeri yang membuat seseorang mulai sulit berjalan perlu diwaspadai.
Terlebih jika diikuti dengan adanya rasa kebas, kesemutan atau kelumpuhan pada kaki. Jika tanda-tanda ini sudah dirasakan, ia menyarankan untuk segera bertemu dengan dokter spesialis terkait untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Baca juga: Hal-hal yang bisa menyebabkan nyeri pinggang
Tanda yang perlu diwaspadai selanjutnya adalah bila terjadi gangguan otonom seperti susah buang air kecil atau besar.
Menurutnya, nyeri pinggang sebenarnya dapat dicegah dengan rajin melakukan peregangan tubuh setelah duduk selama 15-30 menit. Peregangan yang bisa dilakukan berupa menyilang kaki atau membungkukkan badan ke depan.
"Aktivitas seperti itu akan membantu mengurangi timbulnya kekakuan otot, karena kalau kita duduk lama otot kita akan bekerja. Postur harus dijaga karena dengan postur yang membungkuk, maka kompensasi ototnya akan lebih terasa duluan. Jadi dari punggung bawah, bahkan dari punggung atas, dari leher," ucapnya.
Baca juga: Cara bedakan nyeri pinggang akibat saraf kejepit dan nyeri biasa
Sebelumnya, Hadet menjelaskan bahwa nyeri pinggang merupakan rasa nyeri yang biasanya terasa dari bagian punggung ke bawah. Rasa kaku yang dirasakan timbul pada satu area tertentu dan jika sudah parah akan menjalar sampai ke kaki.
Rasa kaku itu akan semakin tajam terasa hingga penderitanya merasa nyeri hebat saat berjalan.
"Ada yang sampai tidak bisa bergerak. Jadi kadang-kadang kita datang ke IGD, kenapa sampai datang ke IGD? karena tidak bisa bergerak," ucapnya.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025