Jakarta (ANTARA) - Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena pankreas tidak bisa memproduksi atau hanya bisa menghasilkan sangat sedikit insulin, hormon yang membantu gula darah masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi.
Tanpa insulin, gula darah tidak bisa masuk ke sel-sel tubuh dan menumpuk di aliran darah. Kadar glukosa yang tinggi di dalam darah bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
"Anak bisa terkena diabetes melitus atau kencing manis, yang sering dijumpai adalah dengan DM tipe 1, di mana terjadi kekurangan insulin," kata Dr. dr. Nur Rochmah, Sp.A, Subsp.Endo(K) dari Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam seminar mengenai pengelolaan diabetes melitus tipe 1 atau DM 1 pada anak yang diikuti di Jakarta pada Selasa,
Meskipun bisa terjadi pada semua usia, diabetes tipe 1 lebih sering dijumpai pada anak-anak, remaja, dan anak muda.
"Yang sering dijumpai pada anak-anak adalah DM tipe 1, ini terjadi kerusakan pada pabrik insulin. Maka anak-anak akan perlu memakai insulin untuk seumur hidupnya," kata dokter Nur.
Baca juga: Diabetes tipe 1 pada anak bisa dipicu faktor lingkungan
Gejala klinis yang sering dilaporkan terjadi pada anak dengan diabetes melitus tipe 1, menurut dokter Nur, antara lain banyak makan dan minum serta berat badannya turun.
"Pada kondisi berat akan datang ketoasidosis diabetikum (DKA), yaitu anaknya mual, muntah, datang dengan kurang kesadaran dan sesak," katanya.
Dia menekankan pentingnya deteksi dini gejala diabetes melitus pada anak guna menghindari munculnya komplikasi.
"Kita perlu aware pada anak-anak dengan gejala, banyak makan, banyak minum, berat badannya turun, dan pada pemeriksaan gula darah yang didapatkan tinggi lebih dari 200," katanya.
Baca juga: Kenali gejala dan penanganan diabetes melitus pada anak
Dokter Nur menyampaikan bahwa jumlah kasus diabetes melitus tipe 1 pada anak di Indonesia terus meningkat.
Menurut dia, angka kejadian diabetes melitus tipe 1 pada anak tercatat melonjak dari 3,88 per 100.000 pada 2000 menjadi 28,19 per 100.000 pada 2010.
"Untuk data DM tipe 1 baru di Indonesia, tahun 2022 sebanyak 584 pasien, tahun 2023 ada tambahan 594, jadi akan kita dapatkan sekitar 1.178," katanya.
"Pada tahun 2024 didapatkan tambahan sebanyak 527 pasien, jadi akan kita dapatkan total sampai dengan April 2025 sebanyak 1.948 pasien anak dengan DM tipe 1," ia menambahkan.
Ia mengatakan bahwa 58 persen kasus diabetes melitus tipe 1 ditemukan pada anak perempuan dan 42 persen ditemukan pada anak laki-laki.
Dokter Nur menyampaikan pentingnya upaya bersama pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat, dan keluarga dalam upaya untuk menekan angka kesakitan dan mortalitas akibat penyakit diabetes melitus tipe 1.
Menurut dia, upaya itu bisa mencakup peningkatan penyuluhan mengenai penyakit diabetes, pemeriksaan kadar gula darah, dan kampanye penerapan pola hidup sehat.
Baca juga: IDAI: Kasus diabetes tipe 1 pada anak banyak yang tidak terdiagnosis
Baca juga: Waspadai peluang diabetes pada anak yang sering ngompol dan cepat lapar
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025