Jakarta (ANTARA) - Riset terbaru dari Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore menunjukkan paduan konektivitas 5G dengan pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) mampu meningkatkan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN.
"Dengan AI, 5G menjadi lebih bertenaga, 5G juga menjadi kekuatan tidak hanya untuk pengembangan AI tapi juga teknologi tradisional dan juga teknologi berkembang lainnya. ASEAN berpotensi meraih potensi terbaiknya dengan kolaborasi yang kuat," kata seorang profesor di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Vu Minh Khuong, dalam paparan di webinar mengenai risetnya bertajuk "Leveraging 5G to Accelerate AI-Driven Transformation in ASEAN", diikuti dari Jakarta, Selasa.
GSMA Mobile menyebutkan pada 2024 saja industri teknologi mobile (perangkat bergerak), termasuk pemanfaatan infrastruktur 5G untuk AI, berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global hampir sebesar 6 persen dengan nilai 6.480 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca juga: Kemkomdigi manfaatkan frekuensi hingga satelit untuk perluasan 5G
"ASEAN sendiri dalam hal ini mungkin berkontribusi sekitar 5 persen dari total tersebut, itu setidaknya yang mungkin terjadi," kata Vu.
Proyeksi yang diungkap laporan yang sama menunjukkan bahwa mulai 2025 hingga 2030 diperkirakan kontribusi teknologi mobile terhadap ekonomi dunia terus naik hingga mencapai 8,4 persen dari PDB global dengan nilai 10,860 miliar dolar AS.
"Itu artinya pada masa mendatang akan lebih banyak lagi dampak ekonomi yang hadir berkat 5G saat disinergikan dengan AI. Itulah yang terpenting. Jadi, dari hal ini kita bisa melihat mengapa ASEAN harus meningkatkan pemanfaatan 5G dalam lima tahu ke depan," ujar Vu.
Menurut Vu, bukti pemanfaatan 5G yang dipadukan dengan AI sendiri bisa dilihat dari kesuksesan dari salah satu negara anggota ASEAN yaitu Singapura.
Dari sisi perkembangan ekonomi, Singapura berhasil mengakselerasi pertumbuhan ekonomi berkat teknologi 5G dan AI dalam kurun waktu 30 tahun atau satu generasi saja sehingga bisa mengubah status dari yang awalnya negara berkembang kini menjadi negara maju.
Contoh praktis yang bisa dilihat dari Singapura dalam pemanfaatan 5G dan AI yang berpadu dapat dilihat dari proyek Pelabuhan Tuas yang dirancang sebagai pelabuhan serba otomatis dan penuh teknologi canggih. Proyek tersebut terjadi berkat hibah pemerintah Innovation and Digitalisation Research (IMDR) sehingga dalam kurun waktu 2022 hingga sekarang, Pelabuhan Tuas bisa menangani 10 juta ton kargo secara efektif.
Untuk memastikan masa depan digital ASEAN meningkatkan 5G dan memadukan AI, laporan tersebut merekomendasikan penerapan lima prioritas strategis. Pertama merumuskan strategi pengembangan 5G-AI nasional dengan peta jalan yang terperinci untuk periode 2025-2030.
Kedua, membentuk lembaga koordinasi yang berdaya di negara-negara anggota ASEAN. Ketiga, menyiapkan kebijakan spektrum yang visioner untuk mendorong aksesibilitas dan inovasi.
Selanjutnya, para negara ASEAN juga harus membangun ekosistem AI yang dinamis melalui kolaborasi antara sektor publik dan swasta. Rekomendasi terakhir ialah menerapkan kerangka kerja yang kuat untuk memantau kemajuan dan melakukan penyesuaian arah.
Baca juga: Pengamat sebut lelang frekuensi percepat pemerataan akses 5G
Baca juga: Pusat pelatihan robot AI baru diluncurkan di Sichuan, China
Baca juga: Peta jalan AI akan diuji publik pada Agustus 2025
Baca juga: OpenAI luncurkan asisten AI yang bisa lakukan tugas secara otomatis
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.