Mentan bidik swasembada gula putih di 2026, kembalikan kejayaan 1930

1 hour ago 3

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan Indonesia mencapai swasembada gula putih pada 2026 sebagai upaya strategis memperkuat ketahanan pangan nasional dan mengembalikan kejayaan industri gula seperti pada 1930.

"Juga gula, yang dulu kita impor insyaallah tahun depan swasembada white sugar (gula putih)," katanya setelah Rapat Finalisasi Program Hilirisasi Perkebunan dan Industri bersama Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus CEO Danantara Rosan Perkasa Roeslani di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Jumat.

Phaknya menargetkan swasembada gula konsumsi dalam kurun waktu tiga hingga empat tahun ke depan melalui peningkatan produktivitas tebu dan modernisasi industri gula nasional.

Menurut dia, program swasembada gula akan menjadi tonggak penting kebangkitan sektor perkebunan, sekaligus mendorong kemandirian ekonomi nasional di tengah tantangan global yang kian kompleks.

Baca juga: Mentan: Mafia pangan ganggu petani RI aku terdepan lawan mereka

Pemerintah juga berfokus mengembalikan kejayaan gula Indonesia seperti masa kejayaan pada 1930, ketika negeri ini menjadi eksportir sekaligus produsen gula terbesar kedua di dunia.

"Kemudian di target tadi tiga tahun, empat tahun swasembada gula dan mengembalikan kejayaan gula waktu zaman Belanda tahun 1930. Itu kita eksportir dan produsen nomor dua dunia. Sekarang kita akan kembalikan kejayaan itu," tegasnya.

Oleh karena itu, dia berharap, dengan adanya kesepakatan investasi hilirisasi Rp371 triliun terhadap sektor perkebunan, peternakan, hortikultura yang meliputi komoditas kakao, mente, kelapa, hingga tebu dapat mewujudkan hal tersebut.

Amran menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat terwujudnya swasembada gula nasional melalui langkah pembenahan menyeluruh dari hulu ke hilir. Pembenahan dilakukan mulai dari benih, pola tanam, sistem hilirisasi, sampai pada aspek penjualan.

Kementerian Pertanian telah menyusun Roadmap Swasembada Gula Nasional yang menargetkan swasembada gula konsumsi pada 2028 dan swasembada total, termasuk kebutuhan industri dan bioetanol, pada 2030.

Namun demikian, ia menegaskan target tersebut akan diupayakan tercapai lebih cepat, seiring dorongan yang kuat dari Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Berdasarkan taksasi awal 2025, produksi gula diperkirakan mencapai 2,901 juta ton dari luas areal sekitar 538 ribu hektare. Jika mengacu pada rata-rata realisasi 95 persen maka produksi aktual 2025 diprediksi mencapai 2,75 juta ton, tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Untuk mengakselerasi target swasembada, pemerintah melakukan strategi intensifikasi melalui bongkar ratoon seluas 275 ribu hektare hingga 2027, disertai intervensi benih unggul, perbaikan irigasi, dan pupuk yang tepat sasaran.

Langkah ini akan diperkuat dengan perluasan areal tebu seluas 500 ribu hektare (200 ribu hektare inti dan 300 ribu hektare plasma) serta pembangunan dan reaktivasi 10 unit pabrik gula di Jawa dan luar Jawa.

Pada 1930-an, Nusantara pernah mencatat kejayaan sebagai eksportir gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba berkat industri gula kolonial yang menjadikan Pulau Jawa dijuluki “raja gula”. Kala itu, produksi gula mencapai 3 juta ton dengan produktivitas hingga 14 ton gula per hektare.

Baca juga: Mentan pacu hilirisasi kelapa guna naikkan nilai ekspor Rp2.400 T

Baca juga: Mentan: Investasi hilirisasi Rp371 triliun serap 8 juta pekerja

Baca juga: Rosan: Danantara dukung hilirisasi pertanian ciptakan jutaan pekerjaan

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |