RI-Rusia agendakan pembangunan kapasitas personel penanganan narkoba

2 months ago 6

Jakarta (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional (BNN) RI bersama Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia berencana mengagendakan program pembangunan kapasitas personel BNN RI untuk penanganan narkoba,

Kepala BNN RI Komisaris Jenderal Polisi Marthinus Hukom berpendapat program itu perlu segera direalisasikan mengingat angka prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia pada tahun 2023 telah mencapai 1,73 persen atau sekitar 3,33 juta orang.

"Jika tidak ditangani secara serius, kondisi ini akan berdampak buruk bagi masa depan generasi muda sebagai penerus bangsa," ungkap Komjen Pol. Marthinus saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

Maka dari itu, dia menyambut baik program pembangunan kapasitas personel tersebut sebagai langkah strategis yang disampaikan oleh Wakil Duta Besar Rusia dalam kunjungan kerja di Jakarta, Kamis (17/7), sehingga akan segera melakukan koordinasi dengan jajaran terkait.

Selain membahas rencana pembangunan kapasitas personel, pertemuan tersebut juga dimanfaatkan oleh Kepala BNN RI untuk menyoroti keterlibatan kelompok teroris yang memanfaatkan peredaran narkoba sebagai salah satu sumber pendanaan.

Melalui kerja sama yang akan dijalankan, diharapkan kedua pihak dapat saling bertukar informasi untuk melacak dan membekukan berbagai aset yang dimiliki oleh kelompok teroris.

Adapun dalam kunjungan kerja tersebut, Wakil Duta Besar Rusia Veronika Novoseltseva membahas agenda kerja sama terkait pembangunan kapasitas bagi personel BNN RI.

Dikatakan bahwa kerja sama itu bertujuan meningkatkan kemampuan personel BNN RI dalam upaya menangani permasalahan narkotika yang semakin kompleks.

Saat menerima kunjungan kerja dari Wakil Duta Besar Rusia, Kepala BNN RI didampingi Kepala Pusat Penelitian Data dan Informasi (Puslitdatin) BNN RI Augustinus Berlianto Pangaribuan.

Sebelumnya, Marthinus juga sudah pernah mengingatkan bahwa jaringan narkoba lintas negara terus berevolusi, lantaran pada tahun 2025, terjadi peningkatan sebesar 24 persen dalam penyitaan methamphetamine (sabu) di kawasan Asia Timur dan Tenggara.

"Hal ini merupakan alarm serius yang patut diwaspadai oleh seluruh negara di Kawasan," kata Marthinus saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (16/7).

Maka dari itu, dirinya menekankan respons berbagai negara di Kawasan pun harus lebih cerdas dan bersatu.

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |