Program cofiring biomassa membuka lapangan kerja baru di Aceh Jaya

6 hours ago 6
Bahan baku selama ini kami ambil dari limbah kayu percetakan lahan sawah rakyat yang cukup banyak.

Aceh Jaya (ANTARA) - Program energi terbarukan melalui pemakaian biomassa untuk bahan bakar pencampur atau cofiring di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), telah berhasil membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di Kabupaten Aceh Jaya, dengan memanfaatkan limbah kayu sebagai bahan baku baku biomassa.

"Bahan baku selama ini kami ambil dari limbah kayu percetakan lahan sawah rakyat yang cukup banyak. Jadi pemanfaatan limbah yang terbuang, sehingga masyarakat tidak harus membeli," kata pemasok limbah kayu Saifuddin Djohan, di Aceh Jaya, Aceh, Selasa.

Djohan yang juga Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Meureuhom Daya ini mengatakan, sejak pertengahan 2024 lalu telah memasok limbah kayu ke fasilitas pembuatan serpihan kayu (woodchips) PT Palma Banna Mandiri, sebuah perusahaan mitra PLN yang penyuplai bahan baku cofiring biomassa ke PLTU Nagan Raya.

Mereka mempekerjakan sekitar 20 warga setempat untuk mencari limbah kayu. Mereka yang dipekerjakan umumnya sehari-hari berprofesi sebagai petani dan pengangguran.

"Kami menilai ini memiliki peluang untuk menekan angka pengangguran. Ini berdampak positif bagi masyarakat dalam menambah pendapatan," katanya.

General Manager PT Palma Banna Mandiri Heri Saputra mengatakan pihaknya mulai menyuplai biomassa untuk co-firing PLTU Nagan Raya sejak 2021.

"Kami mulai dengan biomassa dari cangkang sawit, sekam padi, dan sawdust kayu dan saat ini berkelanjutan kita produksi wood chips di Aceh Jaya ini," katanya pula.

Pihaknya mengelola biomassa berbasis pemanfaatan sumber daya sekitar ini dengan melibatkan masyarakat setempat, seperti mantan pasukan perempuan (inong balee), eks kombatan GAM, dan masyarakat umum lainnya.

"Dampak positif yang dirasakan, mereka sudah ada penghasilan tetap, karena bekerja setengah hari sudah menghasilkan Rp150 hingga Rp200 ribu dari pengumpulan biomassa itu," ujarnya pula.

General Manager PT Palma Banna Mandiri Heri Saputra menunjukkan bahan baku biomassa yang diolah dari limbah kayu berbentuk fasilitas perusahaan di Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, Senin (28/4/2025). ANTARA/Khalis Surry

Di Aceh Jaya, pihaknya khusus memproduksi bahan baku biomassa berupa woodchips. Saat ini, masyarakat masih memanfaatkan limbah kayu pembukaan sawah baru daerah setempat untuk dikumpulkan ke pemasok, lalu dijual ke pabrik.

"Satu ton limbah kayu ini kita bayar Rp200 ribu-Rp300 ribu, tergantung jenis kayu, tingkat kekeringan kayu, dan besar kayu. Kita langsung bayar kontan, jadi masyarakat sangat senang. Efek positifnya sangat dirasakan oleh masyarakat di sini," katanya lagi.

Ia berharap kontrak kerja sama antara PT PLN EPI dan PT Palma Banna Mandiri untuk tahun ini segera terwujud, agar limbah-limbah kayu yang dikumpulkan dari masyarakat untuk diolah menjadi woodchips tersebut dapat terserap kembali ke PLTU.

Menurut dia, perusahaan juga memiliki rencana agar pasokan bahan baku biomassa bisa berkelanjutan, yakni berupa penanaman pohon gamal dan kaliandra di lahan-lahan milik eks kombatan GAM dan masyarakat setempat. Kedua jenis pohon tersebut sudah terbukti cocok untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku cofiring biomassa.

Program penanaman pohon tersebut akan berjalan ketika sudah ada kontrak antara PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) dan PT Palma Banna Mandiri untuk memasok woodchips ke PLTU Nagan Raya.

"Untuk program penanaman pohon gamal. Kita sudah kerja sama dengan 10 kelompok tani, masing-masing kelompok beranggotakan 50 orang. Dan lahan yang sudah siap untuk penanaman seluas 1.000 hektare milik enam kelompok tani, selebihnya masih proses pengurusan," ujar Heri Saputra.

Baca juga: PLN EPI: Pengembangan cofiring biomassa berbasis ekonomi kerakyatan

Baca juga: PLN EPI tanam 50 ribu pohon pengembangan biomassa di Gunungkidul DIY

Pewarta: Rahmat Fajri/Khalis Surry
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |