Jakarta (ANTARA) - Nama Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri, Jawa Timur, kembali mencuri perhatian publik. Kali ini, perhatian masyarakat tertuju pada sebuah program di stasiun televisi Trans7 yang dianggap menyinggung dan tidak menghormati salah satu kiai sepuh dari pesantren legendaris tersebut.
Sebagai salah satu pesantren tertua dan paling berpengaruh di Indonesia, Lirboyo telah menjadi pusat pendidikan Islam yang melahirkan banyak ulama, kiai, serta tokoh penting bangsa. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat menuntut ilmu agama, pesantren ini juga dikenal sebagai wadah pembentukan karakter dan intelektual para calon pemimpin umat.
Di tengah ramainya kontroversi tersebut, publik kembali menyoroti kiprah dan sejarah panjang Pesantren Lirboyo, yang dikenal sebagai salah satu pusat pendidikan Islam ternama dan tempat lahirnya banyak ulama besar di Indonesia.
Untuk mengenal lebih jauh tentang pesantren yang tengah menjadi sorotan ini, berikut ulasan singkat mengenai profil Pondok Pesantren Lirboyo, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Baca juga: Lirboyo, lentera yang tak pernah padam
Profil Pondok Pesantren Lirboyo yang sedang viral
Sejarah berdirinya Pesantren Lirboyo
Pondok Pesantren Lirboyo terletak di Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Pesantren ini didirikan pada tahun 1910 oleh KH Abdul Karim, seorang ulama asal Magelang.
Awalnya, KH Abdul Karim memilih menetap di Lirboyo setelah anak sulungnya, Hannah, melahirkan putri pertama. Hannah merupakan hasil pernikahannya dengan Nyai Khodijah (Dlomroh), putri dari Kyai Sholeh Banjarmelati.
Kepindahan KH Abdul Karim ke Lirboyo juga tidak lepas dari dorongan Kyai Sholeh, yang berharap menantunya itu dapat menebarkan ajaran Islam di wilayah yang saat itu dikenal angker dan rawan tindak kejahatan. Sejak saat itu, kehadiran KH Abdul Karim dan berdirinya pesantren Lirboyo menjadi titik balik perubahan Desa Lirboyo menjadi kawasan religius dan berkembang pesat sebagai pusat pendidikan Islam.
Peran dalam sejarah dan perjuangan bangsa
Selain menjadi lembaga pendidikan Islam, Pondok Pesantren Lirboyo juga memiliki kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu peran pentingnya terlihat ketika para santri Lirboyo ikut terjun dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, sebagai bentuk pengabdian kepada agama dan bangsa.
Baca juga: FPTP desak KPI panggil Trans7 imbas tayangan Pesantren Lirboyo
Estafet kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo
Sejak berdiri, kepemimpinan Lirboyo terus mengalami pergantian dari generasi ke generasi. Setelah KH Abdul Karim, pengasuhan pesantren diteruskan oleh:
• KH Marzuqi Dahlan (1954–1975)
• KH Mahrus Aly (1975–1985)
• KH A. Idris Marzuqi (1985–2014)
• KH M. Anwar Mansyur (2014–sekarang)
Kepemimpinan yang berkesinambungan ini membuat Lirboyo tetap eksis dan relevan hingga kini, dengan ribuan santri dari berbagai daerah di Indonesia.
Unit dan bidang pendidikan
Saat ini, Pondok Pesantren Lirboyo menaungi sekitar 17 unit pendidikan, di antaranya:
• Pondok Pesantren HM Mahrusiyyah
• Salafy Terpadu Ar-Risalah
• Darussalam
• Darussa’adah
• Al-Baqoroh
• HM Lirboyo
• HM Antara
• Haji Ya’qub, dan lainnya.
Fokus pendidikannya meliputi kajian keagamaan, sosial kemasyarakatan, serta penguatan nilai-nilai salafiyah, yang menjadi ciri khas pesantren tradisional.
Baca juga: Menag ingatkan semua pihak agar tak mengusik kehidupan pesantren
Fasilitas dan kegiatan santri
Untuk mendukung proses belajar mengajar, Lirboyo menyediakan fasilitas yang lengkap. Saat ini terdapat 585 kamar asrama santri, 245 ruang kelas, serta sarana pendukung seperti laboratorium bahasa dan komputer, perpustakaan, auditorium, kantin dan dapur umum, fasilitas MCK, serta minimarket.
Pesantren ini juga memiliki Rumah Sakit Umum Lirboyo yang dapat diakses oleh masyarakat luas, menunjukkan komitmen pesantren tidak hanya pada pendidikan, tetapi juga pada pelayanan sosial.
Melahirkan tokoh dan ulama besar
Kualitas pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo tercermin dari banyaknya alumni yang kini menjadi ulama, cendekiawan, hingga tokoh masyarakat berpengaruh di berbagai bidang. Semangat perjuangan, keikhlasan dalam menuntut ilmu, serta nilai keagamaan yang kuat menjadi warisan luhur yang terus dijaga hingga kini.
Baca juga: PWNU DKI desak Trans7 tayangkan permohonan maaf selama tujuh hari
Baca juga: Menag ajak masyarakat pahami pesantren secara utuh dan kultural
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.