Moskow (ANTARA) - Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada Senin mengatakan dirinya tidak berniat untuk melakukan reshuffle dan melibatkan partai lain ke dalam koalisi yang berkuasa.
Pada Minggu, koalisi berkuasa di Jepang, yang terdiri dari Partai Demokrat Liberal (LDP) dan Partai Komeito, gagal meraih 50 kursi yang mereka butuhkan untuk menjadi mayoritas parlemen di majelis tinggi.
"Saat ini saya tidak mempertimbangkan perluasan koalisi... Saat ini saya tidak mempertimbangkan masalah personel," kata Ishiba dalam konferensi pers pascapemilu.
Ishiba mengatakan partai berkuasa "menghadapi penilaian keras dari rakyat" dan berjanji untuk berdialog dengan partai-partai lain selain Partai Komeito.
PM juga menegaskan bahwa dirinya tidak berencana untuk mundur setelah pemilu, menekankan stagnasi politik harus dihindari di tengah tantangan saat ini, seperti negosiasi tarif dengan Amerika Serikat, kenaikan harga, tingginya risiko gempa bumi kuat di dekat Tokyo atau di sepanjang Palung Nankai – situasi keamanan terparah yang dihadapi Jepang di era pascaperang.
Berdasarkan hasil akhir pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Jepang (Parlemen Jepang) yang digelar pada Minggu, koalisi berkuasa tidak mengantongi mayoritas di majelis rendah maupun majelis tinggi parlemen setelah LDP dan Partai Komeito kehilangan 19 kursi di majelis tinggi.
Majelis tinggi parlemen Jepang memiliki 248 kursi, di mana 100 di antaranya dipilih berdasarkan perwakilan proporsional partai, dan 148 kursi sisanya dipilih di distrik pemilihan.
Anggota majelis tinggi dipilih untuk masa jabatan enam tahun.
Tahun ini, sebanyak 522 kandidat bersaing memperebutkan 125 kursi. Sebanyak 50 anggota parlemen akan dipilih berdasarkan daftar partai, sementara 75 anggota akan dipilih di distrik pemilihan.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Usai koalisi kalah, AS: Aliansi dengan Jepang tidak pernah sekuat ini
Baca juga: Ishiba berjanji tetap jadi PM Jepang meski partainya kalah pemilu
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.