Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Centre of Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian menilai Indonesia perlu memperbanyak hambatan non-tarif atau non-tariff measures (NTM) untuk produk-produk pertanian Amerika Serikat (AS).
Eliza saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat, mengatakan langkah itu perlu dilakukan untuk melindungi petani dan peternak lokal dari gempuran produk impor murah, menyusul kesepakatan dagang baru antara Indonesia dan AS.
Indonesia telah setuju membeli produk pertanian AS senilai 4,5 miliar dolar AS (setara sekitar Rp73,35 triliun, kurs 1 dolar AS setara Rp16.299) sebagai bagian dari perjanjian tarif 19 persen yang dikenakan AS pada Indonesia. Sebagai imbalan, produk-produk AS akan memasuki pasar Indonesia dengan tarif nol persen.
Eliza mengatakan meskipun kesepakatan dagang baru itu menurunkan tarif, sektor pertanian Indonesia justru berpotensi merugi.
Komoditas seperti kedelai, jagung, daging sapi, ayam dan susu dari AS diperkirakan akan membanjiri pasar domestik. Produk-produk tersebut cenderung lebih murah karena adanya indikasi subsidi di AS.
Menurut dia, gempuran produk impor murah tersebut memang menarik bagi konsumen dan produsen industri pengolahan karena harga yang lebih kompetitif.
Namun kondisi itu, kata Eliza, akan memukul petani dan peternak lokal yang belum siap bersaing.
"Petani dan peternak kita belum disiapkan matang untuk bisa bersaing dengan petani AS skala besar, yang lebih efisien karena teknologi dan modal yang kuat," kata Eliza.
Oleh karena itu, peningkatan daya saing, pasokan dan penambahan jumlah NTM dinilai menjadi sangat penting.
"Dengan adanya hambatan non-tarif setidaknya jadi filter bagi kita agar tidak digempur produk impor, harus ada standar-standar yang mereka ikuti sesuai regulasi di dalam negeri," kata Eliza, menjelaskan.
Sebagai perbandingan, AS memiliki 92 NTM untuk 5.207 produk, sementara Indonesia hanya memiliki 64 NTM untuk 3.622 produk.
"Semakin tinggi atau banyak NTM maka negara tersebut semakin 'protektif' terhadap pasar domestik," ujar dia.
Menurut laporan "2024 United States Agricultural Export Year Book" dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), total ekspor pertanian AS ke Indonesia pada 2024 mencapai 2,9 miliar dolar AS (setara sekitar Rp47,26 triliun), sedikit menurun empat persen dibanding tahun sebelumnya.
Dengan angka tersebut, AS menjadi pemasok produk pertanian terbesar keempat bagi Indonesia, setelah Brasil, China dan Australia.
Kedelai menjadi komoditas ekspor pertanian AS terbesar ke Indonesia, dengan nilai mencapai 1,3 miliar dolar AS. Sementara itu, ekspor gandum meningkat tajam 74 persen mencapai 149 juta dolar AS dibanding 2023.
Selain itu, ekspor daging sapi dan produk olahan daging sapi serta olahan makanan dari AS juga tumbuh signifikan, masing-masing sebesar 15 persen dan 30 persen.
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.