Pemasok bahan baterai litium China umumkan kenaikan harga hingga 15%

1 hour ago 5

China (ANTARA) - Sejumlah pemasok bahan baterai litium di China baru-baru ini mengeluarkan pemberitahuan kenaikan harga akibat meningkatnya biaya bahan baku hulu serta lonjakan permintaan yang didorong oleh konvergensi transisi energi global.

Bagi konsumen, hal ini berarti harga kendaraan energi baru juga berpotensi lebih tinggi pada 2026.

Laman Carnewschina, Minggu (14/12) waktu setempat, melaporkan bahwa Hunan Yuneng New Energy, pemasok utama bahan katoda baterai ion litium di China yang pelanggannya mencakup CATL dan BYD, mengumumkan bahwa mulai 1 Januari 2026, biaya pemrosesan untuk seluruh lini produk litium besi fosfatnya akan dinaikkan sebesar 3.000 yuan/ton (sekitar Rp7 juta/ton), belum termasuk pajak.

Perusahaan juga menyatakan bahwa apabila terjadi fluktuasi signifikan di pasar atau pada harga bahan baku, harga produk akan dinegosiasikan kembali.

Produsen baterai litium lainnya, Dejia Energy, mengumumkan bahwa mulai 16 Desember 2025, harga jual produk baterainya akan dinaikkan sebesar 15 persen dari harga katalog saat ini, seiring dengan kenaikan signifikan biaya bahan baku.

Baca juga: Hyundai mulai pembangunan fasilitas riset baterai baru

Harga litium heksafluorofosfat, bahan baku yang terutama digunakan sebagai garam konduktor dalam elektrolit cair untuk baterai ion litium isi ulang, melonjak dari 55.000 yuan/ton (sekitar Rp130 juta/ton) menjadi 120.000 yuan/ton (Rp283,49 juta/ton) hanya dalam dua bulan, atau meningkat lebih dari 118 persen.

Harga litium kobalt oksida, yang digunakan sebagai katoda dalam baterai ion litium isi ulang, melonjak dari 140.000 yuan/ton (Rp330,7 juta/ton) pada awal tahun menjadi 350.000 yuan/ton (Rp826,8 juta/ton) pada November, atau naik lebih dari 150 persen.

Harga litium karbonat kelas baterai saat ini telah melampaui 94.000 yuan/ton (Rp222 juta/ton), dengan kenaikan bulanan lebih dari 16 persen pada November.

Setiap kenaikan harga sebesar 10.000 yuan/ton (Rp23,6 juta/ton) akan meningkatkan biaya bahan katoda litium besi fosfat sekitar 2.300–2.500 yuan/ton (Rp5,4 juta - Rp5,9 juta/ton).

Saat ini, baterai litium besi fosfat menyumbang 81,5 persen dari kapasitas terpasang di pasar baterai daya di China.

Menurut laporan publik, akibat pasokan dan permintaan baterai daya yang terus ketat, sejumlah produsen otomotif berbondong-bondong mendekati produsen baterai terkemuka untuk mengamankan pasokan guna mengatasi hambatan pasokan baterai dan memastikan dampak minimal terhadap jadwal produksi kendaraan mereka.

He Xiaopeng, ketua Xpeng Motors, bahkan secara terbuka menyatakan bahwa ia telah “minum bersama semua bos produsen baterai.”

Baca juga: Pemerintah dinilai perlu susun regulasi "paspor" baterai EV

Baca juga: China bangun baterai mobil kelas 60Ah+ pertama, mampu tembus 1.000 km

Baca juga: Penjualan EV lambat, Toyota tunda bangun pabrik baterai di Jepang

Pewarta:
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |