Pakar ingatkan revisi UU Pemilu harus akomodasi pertimbangan hukum MK

2 months ago 23

Padang (ANTARA) - Pakar hukum sekaligus peneliti dari Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum, Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat (Sumbar), Ichsan Kabullah mengingatkan apabila revisi Undang-Undang (UU) Pemilu dilakukan maka harus mengakomodasi pertimbangan hukum dari Mahkamah Konstitusi (MK).

"Revisi dimaksud harus mengakomodasi secara utuh amar ataupun pertimbangan hukum (ratio decidendi) putusan-putusan MK," kata pakar hukum sekaligus peneliti PUSaKO Unand Ichsan Kabullah di Kota Padang, Senin.

Hal tersebut disampaikan Ichsan menanggapi Putusan MK Nomor 135/PUU-XXII/2024 yang memutuskan penyelenggaraan pemilihan umum nasional dan daerah dipisahkan dengan jeda waktu paling singkat dua tahun atau paling lama dua tahun dan enam bulan.

Selain harus mengakomodasi pertimbangan hukum dan amar hakim MK, PUSaKO mengingatkan jika terjadi revisi Undang-Undang Pemilu maka juga wajib diselaraskan dengan kerangka hukum nasional dan arah pembangunan demokrasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

Di saat bersamaan Ichsan mengapresiasi keberanian MK yang mengoreksi desain pemilu serentak yang selama ini dinilai menimbulkan kompleksitas sistemik dalam tata kelola pemilu di Tanah Air.

Baca juga: MK putuskan penyelenggaraan pemilu nasional dan daerah dipisah

PUSaKO juga mendorong agar pembentuk undang-undang segera melakukan revisi menyeluruh terhadap UU Pemilu dan UU Pilkada, mengingat semakin banyaknya permohonan pengujian undang-undang kepemiluan yang dikabulkan oleh MK.

Menurut Ichsan, kondisi tersebut mencerminkan adanya cacat struktural dalam desain normatif sistem kepemiluan saat ini yang mendesak untuk segera diperbaiki guna menjamin kepastian hukum, konsistensi pengaturan, serta pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat secara substantif dan berkelanjutan.

Terakhir, PUSaKO merekomendasikan agar reformasi legislasi pada bidang kepemiluan dilakukan melalui pendekatan kodifikasi hukum secara sistematik dan menyeluruh.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Golkar Muhammad Sarmuji mengatakan partai itu segera mengkaji dan melakukan analisa terkait putusan MK yang memisahkan jadwal pemilu nasional dan daerah.

"Tentu kita akan kaji bersama-sama apa saja yang menjadi turunan dan apa saja yang menjadi konsekuensi dari keputusan Mahkamah Konstitusi ini," kata Sarmuji.

Ia menegaskan putusan MK tersebut tidak akan menghalangi seandainya DPR memutuskan untuk melakukan pengubahan termasuk Undang-Undang Pemilu itu.

"Jadi kita lagi mengumpulkan pendapat para ahli konstitusi apakah keputusan MK itu berbenturan dengan pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar juga," kata dia.

Baca juga: Usai putusan MK, pemerintah-DPR didorong segera revisi UU Pemilu, Pilkada, dan Parpol

Baca juga: MK: Pemilu yang berdekatan bikin parpol mudah terjebak pragmatisme

Baca juga: PUSaKO Unand dorong kodifikasi revisi Undang-Undang Pemilu

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |