China targetkan pengurangan emisi 10 persen pada 2035

1 hour ago 1

Beijing (ANTARA) - Presiden Xi Jinping mengumumkan target emisi terbaru China, yakni mengurangi emisi gas rumah kaca bersih sebesar 7–10 persen dari tingkat puncaknya pada 2035, sebagai bagian dari komitmen iklim global di bawah Perjanjian Paris.

"China akan memangkas emisi secara menyeluruh sebesar 7 hingga 10 persen dari puncaknya pada 2035, dengan upaya mencapai hasil yang lebih baik," kata Xi melalui video dalam KTT Iklim PBB, Rabu (24/5) malam.

Target tersebut merupakan bagian dari Nationally Determined Contributions (NDC), komitmen setiap negara untuk menurunkan emisi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim, yang diperbarui setiap lima tahun sesuai Perjanjian Paris.

NDC terakhir China disampaikan pada 28 Oktober 2021, saat Beijing menargetkan pengurangan emisi karbon sebesar 60–65 persen hingga 2030.

Xi menyebut China akan meningkatkan porsi energi non-fosil menjadi lebih dari 30 persen dari konsumsi total, memperluas kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya hingga enam kali lipat dibanding 2020, dengan target total kapasitas 3.600 gigawatt.

Selain itu, volume hutan akan ditingkatkan hingga lebih dari 24 miliar meter kubik. Kendaraan energi baru ditargetkan menjadi mayoritas penjualan kendaraan, sementara sistem perdagangan karbon nasional akan diperluas untuk mencakup sektor beremisi tinggi.

"Target ini mencerminkan upaya maksimal China sesuai Perjanjian Paris. Pencapaiannya butuh kerja keras, baik dari China maupun dukungan dunia internasional," ujarnya.

Presiden Xi menekankan bahwa aksi nyata diperlukan untuk menghadapi perubahan iklim, yang disebutnya sebagai tugas mendesak sekaligus jangka panjang.

“Mari tingkatkan aksi nyata demi harmoni manusia dan alam, serta menjaga bumi sebagai rumah kita bersama,” katanya.

Ia menggarisbawahi tiga poin utama dalam strategi iklim China. Pertama, transisi hijau dan rendah karbon adalah tren zaman.

"Meski ada penolakan dari sebagian negara, komunitas internasional harus tetap konsisten dan memperkuat implementasi NDC agar memberi dorongan positif bagi tata kelola iklim global," ujarnya.

Bagaimana dengan AS?

Sebagai catatan, Amerika Serikat telah menyerahkan NDC untuk 2035 sebelum Donald Trump dilantik sebagai presiden, namun kemudian menarik AS keluar dari Perjanjian Paris.

Kedua, menurut Xi, keadilan harus dijaga dalam transisi hijau global. Negara maju harus memimpin pengurangan emisi dan memberi dukungan finansial serta teknologi kepada negara berkembang.

"Transisi ini tidak boleh memperlebar kesenjangan Utara-Selatan, tapi justru memperkecilnya," tegas Xi.

Ketiga, Xi menyerukan penguatan kerja sama internasional dalam teknologi dan industri hijau guna mengatasi kekurangan kapasitas produksi serta memastikan distribusi produk ramah lingkungan secara global.

Di forum terpisah, Perdana Menteri Li Qiang menegaskan kembali komitmen China untuk pembangunan rendah karbon dalam forum Inisiatif Pembangunan Global, Rabu (24/9).

Li menyebut perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan eksploitasi sumber daya berlebihan sebagai tantangan utama dunia saat ini.

"Pembangunan membutuhkan transisi hijau. Iklim dan ekosistem tak mengenal batas. Kita harus selaraskan strategi pembangunan dan perkuat kolaborasi global dalam energi bersih dan konservasi lingkungan," kata PM Li.

Baca juga: Pasar perdagangan emisi karbon China beroperasi stabil

Baca juga: Teknologi baru di China mampu pantau emisi CO2 di jalan raya

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |