Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Lestari Moerdijat mengatakan implementasi sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM) dalam proses pendidikan membutuhkan dukungan pendekatan terpadu.
"Sejumlah pendekatan harus dilakukan secara terpadu dalam implementasi STEM dalam proses pendidikan sehingga dapat mengembangkan kreativitas dan berpikir kritis peserta didik dalam upaya menjawab tantangan di era globalisasi," kata Lestari dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Lestari menyampaikan pernyataan itu merespons langkah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang merilis panduan dan buku hasil kurasi untuk memperkuat implementasi STEM dalam proses pembelajaran pada Rabu (24/9).
Menurut dia, implementasi STEM dalam proses pendidikan membutuhkan kesiapan peserta didik dalam mempelajari panduan yang ada.
Di samping itu, dia menyebut kesiapan tenaga pengajar dan infrastruktur yang mendukung juga mendesak untuk direalisasikan.
Baca juga: Kemendikdasmen perkuat implementasi STEM rilis panduan & hasil kurasi
Lestari yang juga anggota Komisi X DPR RI itu berharap implementasi STEM secara terpadu dapat menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
"Langkah Kemendikdasmen untuk mengimplementasikan STEM dalam proses pendidikan [diharapkan] mendapat dukungan semua pihak di tingkat pusat dan daerah, demi melahirkan generasi penerus yang berdaya saing di masa depan," ucapnya.
Sebelumnya, Kemendikdasmen memperkuat STEM sebagai pendekatan belajar dengan merilis panduan dan buku hasil kurasi pembelajaran.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengatakan penguasaan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika menjadi kunci penting untuk mencetak generasi yang adaptif, inovatif, dan berdaya saing global dalam era perkembangan teknologi digital saat ini.
"Sains adalah satu hal yang sangat penting, karena kalau kita melihat arah masyarakat ke depan adalah masyarakat yang teknokratis, masyarakat yang tidak hanya semakin terkoneksi dan melek teknologi, tapi masyarakat yang masa depannya sangat ditentukan oleh kemampuan mereka dalam bidang-bidang teknologi," kata Mu'ti, Rabu (24/9).
Baca juga: Masa depan berawal dari literasi STEM
Menurut dia, masyarakat teknokratis merupakan sebuah realitas yang harus mulai disiapkan sejak sekarang, dimulai dari pembangunan masyarakat berbasis ilmu serta penguatan kemampuan-kemampuan yang mendorong generasi muda dalam pengembangan STEM.
Sains, sambung Mu’ti, merupakan bagian dari program prioritas Presiden dalam mewujudkan Astacita yang keempat, yakni membangun sumber daya manusia yang kuat dengan pendidikan, sains dan teknologi, serta program-program lain.
"Belajar sains itu bukan sekadar mempelajari teori dan mempelajari berbagai konsep, tapi juga mendekatkan murid kita ini dengan kesadaran transendental, dengan pembentukan karakter dan juga proses-proses lain yang membawa mereka (siswa) pada kehidupan yang sederhana, kehidupan yang menjadikan mereka sebagai saintis itu tidak hanya baik secara pribadi tapi juga menimbulkan kebaikan dalam kehidupan di masyarakat di mana mereka berada," imbuhnya.
Baca juga: Pemerintah fokuskan beasiswa LPDP untuk bidang STEM mulai tahun depan
Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.