Wagub ajak masyarakat Sulawesi Barat kembali ke pangan lokal

1 hour ago 2

Mamuju (ANTARA) - Wakil Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Salim S Mengga mengajak seluruh masyarakat di daerah itu untuk kembali mengonsumsi pangan lokal, seperti singkong, jagung, sagu, pisang dan lainnya, sebagai alternatif sumber karbohidrat, selain beras.

"Saya mengajak seluruh masyarakat di Sulbar untuk kembali mengonsumsi makanan yang berasal dari pangan lokal," kata Salim Mengga di Polewali Mandar, Kamis.

Wagub menyayangkan masih adanya pandangan yang menganggap singkong dan sejenisnya sebagai makanan kelas bawah. Padahal, saat ini banyak produk turunan dari bahan tersebut justru hadir di supermarket dalam bentuk camilan modern, makanan kemasan, bahkan pangan olahan bernilai ekspor.

Baca juga: Bappenas: Ubi jalar layak didorong sebagai komoditas unggulan

"Pangan lokal, seperti ubi, singkong, jagung, dan pisang bukan makanan kelas bawah. Jadi, mari kita tinggalkan ketergantungan akan beras untuk mendorong kemandirian pangan lokal," ujar Salim Mengga.

Wagub menegaskan masyarakat perlu mengubah cara pandang terhadap pangan non-beras dan kembali menghargai kekayaan pangan lokal yang selama ini terlupakan.

"Jadi, sumber-sumber pangan nasional kita sebenarnya tidak hanya terikat pada beras. Di masa lalu, sebelum pertanian kita lebih maju seperti saat ini, pangan kita sangat beragam, ada dari ubi, sagu, jagung, dan lain-lain," terang Salim Mengga.

Ia menyoroti ketimpangan antara pertumbuhan konsumsi beras dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, yang berimbas pada fluktuasi harga beras yang merugikan masyarakat berpenghasilan rendah.

"Waktu panen justru harga beras naik. Ini jadi pertanyaan besar. Kita harus perhitungkan semua ini dan mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pangan lokal yang lebih terjangkau," ucapnya.

Ia menyampaikan bahwa masyarakat Sulbar dahulu bisa membangun daerah tanpa bergantung pada beras. Namun, karena peningkatan produksi beras dan perubahan pola konsumsi, masyarakat kini terlalu mengandalkan satu jenis bahan pokok, yaitu nasi dari beras.

"Kondisi sekarang, seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan dan pesatnya pertumbuhan penduduk, menuntut kita kembali melihat ke belakang, pada bahan pangan tradisional kita yang terbukti mampu menghidupi banyak generasi," ujarnya.

Salim Mengga mencontohkan masyarakat Mandar di masa lalu mengkonsumsi nasi jagung dan jepa (olahan singkong), menjadi makanan favorit nelayan, karena murah, bergizi dan tahan lama.

Baca juga: Pemprov Papua minta dapur SPPG gunakan bahan lokal dalam MBG

Baca juga: Guru Besar IPB: Makanan rekayasa genetika kuat hadapi tantangan pangan

"Saya tumbuh menjadi besar makan jepa, nasi jagung serta pisang hingga akhirnya juga bisa masuk tentara, dan menjadi jenderal. Gizi dari makanan itu cukup untuk membuat saya tumbuh sehat," kata purnawirawan TNI AD berpangkat Mayor Jenderal itu.

Ia mengajak masyarakat, terutama generasi muda dan kalangan intelektual, untuk bijak menyikapi imbauan pemerintah mengenai diversifikasi pangan.

"Belajarlah berpikir dewasa, jangan anggap remeh makanan lokal. Tanya pada orang tua kita dulu, mereka makan apa. Dalam tubuh kita ini, pasti ada unsur singkong, jagung, sagu. Itu bagian dari identitas kita," kata Salim Mengga.

Dengan konsumsi pangan lokal, kata Salim Mengga, tidak hanya membantu memperkuat ketahanan pangan daerah, tetapi juga menjaga warisan budaya dan kemandirian ekonomi lokal.

Pewarta: Amirullah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |