Orang tua berperan melatih kelola emosi anak cegah perilaku kejahatan

1 month ago 5

Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis Phoebe Ramadina, M.Psi., menyampaikan lingkungan keluarga, terutama orang tua, berperan penting dalam melatih anak agar dapat mengendalikan diri dan peduli kepada orang lain sebagai langkah mencegah perilaku kejahatan.

"Peran orang tua sangat penting untuk membantu anak mengenali emosinya dan menyalurkan emosi mereka dengan cara yang adaptif," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia itu kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.

"Faktor individualnya bisa berupa kematangan kognitif (anak belum bisa membedakan mana yang salah dan yang benar)," ujar dia.

Baca juga: Pola pengasuhan berperan dalam penerapan gizi pada anak

Dalam membantu anak mengenali dan menyalurkan emosinya, orang tua bisa memulai dengan mengenalkan anak pada jenis-jenis emosi sederhana, seperti senang, sedih, marah, yang kemudian bisa dicontohkan pada mereka bagaimana cara menyampaikan emosi tersebut.

"Misalnya, ketika senang, maka kita akan tersenyum atau tertawa. Ketika marah, kita bisa menyampaikan kemarahan kita dengan bahasa yang baik dan tidak menggunakan kekerasan, seperti 'aku kesal karena kamu tadi ambil mainanku'," tutur Phoebe menjelaskan.

Orang tua juga bisa mencontohkan kepedulian terhadap lingkungan, misalnya dengan mendengarkan pendapat dan cerita anak tanpa memotong. Dengan demikian, anak belajar bahwa dia perlu memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.

"Ajak anak untuk membayangkan perasaan orang lain. Misalnya seperti bertanya 'kalau kamu jadi dia, bagaimana rasanya?'," Phoebe menambahkan.

Dalam melatih kemampuan anak untuk mendorong kepedulian terhadap lingkungan, orang tua bisa mengajari seperti latihan mengantrie maupun menyelesaikan tugas sebelum bermain.

"Penerapan disiplin positif yang melibatkan diskusi dengan anak untuk membantu anak mengetahui konsekuensi dari perbuatannya," tutur dia.

Phoebe juga mengingatkan bahwa melabeli anak sebagai "anak nakal" bisa memicu dia benar-benar terlibat kenakalan bahkan hingga tindakan kriminal karena merasa tidak ada guna memperbaiki diri.

Baca juga: Label "anak nakal" bisa memicu perilaku tindakan kriminal

Baca juga: Gerakan ayah antar anak sekolah simbol perubahan budaya pengasuhan

Baca juga: Pengasuhan dan pengawasan keluarga cegah perilaku menyimpang anak

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |