Kemenkes siapkan rekomendasi aktivitas fisik sesuai umur dalam CKG

11 hours ago 3
Kita sedang membuat prescription untuk yang aktivitas fisik kurang jika kita temukan dalam CKG...

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah menyiapkan rekomendasi atau resep aktivitas fisik yang sesuai dengan umur untuk masyarakat dalam Cek Kesehatan Gratis (CKG).

Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes Maria Endang Sumiwi dalam Indonesia Sports Summit 2025 di Jakarta pada Minggu mengemukakan, hal tersebut dilakukan untuk merespons data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang mencatat lebih dari sepertiga penduduk (37,4 persen) usia 10 tahun ke atas tidak memenuhi standar aktivitas fisik yang cukup.

"Kita sering ketemu dari CKG ini masalah besarnya aktivitas kurang, kan seharusnya kita prescription (resep) itu enggak hanya meresepkan obat ya, nah, ini sebetulnya kita sedang menyiapkan dengan program edukasi, kalau kita ketemu sama orang pada saat CKG ini, dia seperti apa hasilnya? Kalau misal aktivitas fisiknya kurang, kita sedang membuat prescription untuk yang aktivitas fisiknya kurang jika kita temukan dalam CKG," katanya dalam Indonesia Sports Summit 2025 di Jakarta, Minggu.

Maria menyampaikan, berdasarkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap orang minimal berolahraga selama 30 menit tiap hari, namun, di Indonesia, berdasarkan data SKI per November 2025, sebanyak 95,6 persen atau 15,2 juta orang kurang aktivitas fisik.

Baca juga: Respons rekomendasi WHO, Kemenkes kaji GLP-1 untuk terapi obesitas

"Nanti akan kami beri rekomendasi sesuai umur, misalnya, apakah sesuai umurnya tiap hari jalan cepat selama 30 menit di pagi hari sesudah bangun tidur. Kita sedang membuat prescription untuk yang aktivitas fisik kurang jika kita temukan dalam CKG, karena CKG ini yang melakukan 10.300 puskesmas di seluruh Indonesia," paparnya.

Ia juga mengemukakan, tahun depan, CKG akan diperluas ke klinik-klinik pratama, tidak hanya di puskesmas, hal tersebut sesuai dengan perubahan paradigma baru di dunia kesehatan yang fokus pada pencegahan atau preventif ketimbang kuratif.

"Kita sebetulnya di kesehatan ini sedang mengubah paradigma dengan CKG, kita lakukan secara masif dan ini masuk juga dalam program hasil terbaik cepat Presiden karena kita mau berubah dari masyarakat yang menunggu sakit, 'Oh saya enggak apa-apa kalau enggak sakit, kalau sakit baru saya papa, kita ubah menjadi 'Saya jangan sampai sakit dan justru bisa hidup sehat, bugar, dan maksimal," ujar dia.

Baca juga: Kemenkes: 63 juta orang sudah mendaftar CKG, 60 juta diperiksa

Untuk mengukur tingkat kesehatan seseorang, terdapat lima hal yang perlu diperhatikan, yakni komposisi tubuh, daya tahan jantung dan perut, kekuatan otot, fleksibilitas, dan daya tahan otot.

"Jadi memang semua itu ada angkanya, kita bisa tahu sebenarnya dia bugar atau enggak sih? Karena sehat itu belum tentu bugar, sehat itu terbebas dari segala macam penyakit ya, juga ditentukan dari apakah pada saat naik-turun tangga enggak capek, atau mungkin kita malah ngos-ngosan, nah, itu kan sebenarnya menandakan apakah kita bugar atau enggak," tuturnya.

Baca juga: Survei Populi: CKG jadi program Prabowo paling memuaskan masyarakat

Baca juga: Partisipasi rendah, Kemenkes minta Papua Barat gencar sosialisasi CKG

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |