Kemenhut kejar rehabilitasi hutan di DAS Rongkong tekan potensi banjir

4 days ago 5

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memastikan pemulihan lingkungan terus dilakukan untuk meningkatkan tutupan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Rongkong di Sulawesi Selatan untuk menekan potensi banjir di wilayah dengan curah hujan tinggi tersebut.

"Yang dilakukan tentunya kita di hulu harus meningkatkan tutupan lahan melalui rehabilitasi hutan dan lahan secara vegetatif dan mengurangi laju erosi," kata Kepala Balai Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Jeneberang Saddang Kemenhut Abdul Aziz dalam diskusi daring yang diadakan di Kemenhut diikuti dari Jakarta, Rabu.

Kegiatan rehabilitasi lahan sendiri dilakukan untuk memastikan penambahan tutupan lahan dengan vegetasi yang memberikan dampak kepada masyarakat. Termasuk dengan menerapkan pola agroforestri yang mengintegrasikan tanaman hutan dan pertanian.

Menurut data Kemenhut, dari total luas DAS Rongkong yang mencapai 172.276,75 hektare, mayoritas masih berbentuk kawasan hutan yaitu hutan lahan kering primer 34,81 persen dari total luasan DAS dan hutan lahan kering sekunder 23,09 persen. Sementara itu, pertanian lahan basah meliputi 11,52 persen dari luas DAS dan pertanian lahan kering campur 14,21 persen.

Baca juga: Lampung susun rencana rehabilitasi sosial lingkungan kawasan TNBBS

Lahan di DAS Rongkong yang masuk kategori sangat kritis sekitar 4,87 persen dan kritis 2,46 persen.

Salah satu sasaran rehabilitasi dilakukan di wilayah DAS Rongkong berada di Kabupaten Luwu Utara, yang mengalami banjir menyebabkan tewasnya 38 orang pada 2020.

Wilayah Kabupaten Luwu Utara sendiri masuk ke dalam wilayah dengan karakteristik sepanjang tahun mengalami hujan terutama di bagian selatan, menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS Kemenhut Nurul Iftitah dalam diskusi yang sama mengingatkan langkah penting perlu dilakukan, mengingat apa yang terjadi di sekitar DAS dapat berpengaruh ke wilayah lain. Apalagi ketika musim hujan saat potensi bencana hidrometeorologi basah meningkat seperti banjir dan longsor.

Dia mengandaikan daerah DAS seperti mangkuk raksasa yang berkumpul dan kemudian mengalir ke berbagai aliran, terutama sungai-sungai utama.

"Jadi kondisi mangkuk dan seberapa banyak air yang dapat ditampung dan dialirkan akan sangat menentukan apa yang akan terjadi terutama di bagian hilir," jelasnya.

Baca juga: Kalsel luncurkan SIPDAS awasi rehab DAS untuk hutan berkelanjutan
Baca juga: RI buka pintu kerja sama pendanaan luar negeri demi rehabilitasi hutan

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |