Jakarta (ANTARA) - Hasil uji laboratorium sampel Makan Bergizi Gratis (MBG) Stasiun Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Meruya Selatan, Jakarta Barat, yang sebelumnya diduga menyebabkan keracunan, ternyata bebas kontaminasi.
Kepala SPPG Meruya Selatan Satria Jaya Putra mengatakan sampal MBG diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Jakarta.
"Berdasarkan hasil uji laboratorium resmi yang kami terima per tanggal 11 November 2025, dapat kami sampaikan hal-hal berikut, tidak ditemukan kontaminasi bakteri," ujar Satria saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Hasil pengujian mikrobiologi, kata dia, menunjukkan sampel makanan dinyatakan negatif dari keberadaan bakteri patogen umum penyebab keracunan makanan, seperti Salmonella, E. coli atau Staphylococcus aureus.
"Kemudian, tidak ditemukan juga kontaminasi kimia. Hasil pengujian kimia toksikologi mengonfirmasi sampel makanan bebas dari bahan kimia berbahaya atau racun yang disengaja maupun tidak disengaja," tutur Satria.
Lebih lanjut, dia menyebutkan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak medis dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk menelusuri kemungkinan penyebab lain dari gejala yang timbul, yang mungkin bersifat non-infeksi.
"Seperti intoleransi makanan, alergi atau food sensitivity," imbuh Satria.
Sebelumnya, sebanyak 20 siswa SDN Meruya Selatan 01, Kembangan, Jakarta Barat, diduga mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG.
Kepala SDN Meruya Selatan 01 Siti Sofyatun mengatakan kejadian itu terjadi pada hari ke-3 sekolahnya mendapatkan jatah MBG, tepatnya Rabu (29/10).
"Itu pas hari Rabu, sih, hari ke-3 kami dapat MBG, ada 20 siswa (yang keracunan)," kata Siti saat dikonfirmasi via telepon di Jakarta, Sabtu.
Indikasi keracunan itu terlihat saat 20 orang anak menunjukkan gejala mual dan pusing usai menyantap menu MBG yang terdiri dari mie, telur kecap, puding dan beberapa menu lainnya.
"Tujuh yang ke RSUD, karena waktu itu Puskesmas Kembangan kan lagi penuh. Jadi, akhirnya kami disarankan ke RSUD Kembangan. Yang di sekolah, sih, 13 anak itu ditangani sama dokter. Artinya, enggak terlalu parah," ujar Siti.
Kendati hasil resmi uji laboratorium belum keluar, Siti menduga menu yang menyebabkan keracunan adalah mie atau puding.
"Sampai saat ini,sih, hasil lab-nya belum keluar, ya. Tapi diduganya kalau enggak mie, ya, puding sih. Pudingnya itu agak bau sangit. Ada sebagian sih, jadi enggak semua. Jadi ketika saya cium, saya dikasih sampel dua itu, ya, yang satu wangi, yang satu agak bau sangit. Anak-anak udah diingatkan enggak usah dimakan, tapi namanya anak-anak, ya," kata Siti.
Kendati demikian, puluhan siswa tersebut dipastikan aman dan sudah kembali beraktivitas setelah mendapat perawatan. Mereka pun sudah kembali bersekolah keesokan harinya.
"Sudah aman sekali. Bahkan habis kejadian, besoknya mereka langsung masuk semua. Jadi, saya sudah konfirmasi, sudah panggil mereka (orang tua siswa), ngobrol sama anak-anak juga, sama orang tuanya juga. Aman sih, enggak ada masalah apa-apa di sekolah," ungkap Siti.
Baca juga: Keracunan menu MBG, Jakbar periksa keterlibatan produk UMKM
Baca juga: Dugaan siswa keracunan, BGN setop sementara operasional SPPG Meruya
Baca juga: SPPG Meruya Selatan akui adanya uji organoleptik menu pradistribusi
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.














































