Jakarta (ANTARA) - Ofensif diplomasi ekonomi Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto sudah berbuah manis dengan ditandatanganinya berbagai kesepakatan ekonomi antara Indonesia dan negara sahabat, bahkan sebelum kepemimpinan Prabowo berusia setahun.
Hanya dalam waktu sebulan, Indonesia menandatangani Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif dengan tiga mitra, yaitu dengan Peru (IP CEPA) pada 11 Agustus, Uni Eropa (IEU CEPA) pada 23 September, dan yang terbaru dengan Kanada (ICA-CEPA).
Dengan disaksikan oleh Presiden Prabowo bersama Perdana Menteri Kanada Mark Carney, Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) ditandatangani oleh Menteri Perdagangan RI Budi Santoso dan Menteri Perdagangan Internasional Kanada Maninder Sidhu di West Block, Parliament Hill, Ottawa, pada 24 September.
Menyambut ditekennya ICA-CEPA yang sudah dijajaki sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo, Prabowo mengatakan bahwa keputusan Indonesia menguatkan kemitraan dengan Kanada merupakan langkah yang tepat, khususnya karena hubungan bilateral selama ini berjalan amat positif.
Prabowo menilai Kanada adalah contoh negara Barat yang “sangat bertanggung jawab dan mapan, tapi dengan empati yang sangat besar terhadap kepentingan negara-negara berkembang”.
Sementara itu PM Carney mengatakan ICA-CEPA merupakan kesepakatan dagang bilateral pertama yang ditandatangani Kanada dengan sebuah negara ASEAN, dan ia yakin kesepakatan ini membawa perubahan besar bagi perdagangan bilateral.
“Ini adalah kesepakatan yang tepat, di waktu yang tepat, dan dengan mitra yang tepat,” ucap PM Kanada menegaskan bahwa ICA-CEPA amat penting bagi negaranya.
Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut, Indonesia dan Kanada akan mendorong sosialisasi secara optimal kepada kamar dagang masing-masing demi meningkatkan kesadaran atas ICA-CEPA.
Baca juga: Indonesia dan Kanada memulai babak baru perdagangan lewat ICA-CEPA
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.