Fraksi Golkar MPR: Indonesia bisa pecah tanpa Pancasila

3 hours ago 4
Lewat media sosial, narasi yang menjelekkan Pancasila bisa dengan mudah masuk sampai ke pelosok. Ini yang harus kita waspadai. Sejumlah negara seperti Yugoslavia, Irak, Libya, dan Suriah yang mengalami perpecahan akibat rapuhnya ideologi pemersatu. K

Jakarta (ANTARA) - Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) MPR RI Melchias Markus Mekeng menegaskan bahwa Indonesia bisa pecah tanpa Pancasila sebagai perekat utama bangsa yang menjaga persatuan di tengah keberagaman suku, agama, ras, dan budaya.

"Kalau tidak ada Pancasila, saya yakin negara ini sudah pecah. Kita bisa hidup rukun sampai hari ini karena ada alat perekat bangsa, yaitu Pancasila," kata Mekeng dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Dia menyampaikan hal itu dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR yang digelar di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Pada era Orde Baru, menurut dia, pemasyarakatan Pancasila dilakukan secara masif melalui Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) serta mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), namun setelah reformasi, penguatan ideologi Pancasila sempat melemah.

“Dulu, ada anggapan bahwa Pancasila tidak perlu dikultuskan. Padahal, kalau Pancasila tidak dikuatkan, terutama kepada generasi muda, ini sangat berbahaya,” kata dia.

Menurut dia, almarhum Taufik Kiemas saat menjabat Ketua MPR RI pada 2011–2012 melihat ancaman masuknya ideologi-ideologi baru yang dapat merusak persatuan bangsa, terutama melalui kemajuan teknologi digital dan media sosial.

Baca juga: BPIP ungkap Indeks Aktualisasi Pancasila naik di tahun 2025

“Lewat media sosial, narasi yang menjelekkan Pancasila bisa dengan mudah masuk sampai ke pelosok. Ini yang harus kita waspadai,” katanya.

Dia mencontohkan sejumlah negara seperti Yugoslavia, Irak, Libya, dan Suriah yang mengalami perpecahan akibat rapuhnya ideologi pemersatu. Kondisi tersebut, menurut dia, menjadi pelajaran penting bagi Indonesia sebagai negara besar dengan hampir 300 juta penduduk dan ribuan suku bangsa.

Dia juga menekankan pentingnya memasukkan penguatan Pancasila ke dalam sistem pendidikan nasional. Ia menyebutkan bahwa MPR mendorong agar pembacaan Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar.

“Kalau ini luntur, itu hanya soal waktu negara ini pecah. Pendidikan ideologi harus dimulai sejak dini,” kata dia.

Selain Pancasila, dia mengulas pentingnya UUD 1945 sebagai aturan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, NKRI sebagai konsep pemerataan pembangunan antarwilayah, serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai fondasi hidup bersama dalam perbedaan.

“Empat pilar ini tidak boleh dipisahkan. Ini harga mati,” katanya.

Ia menambahkan, kemajuan pembangunan dan kekayaan alam Indonesia tidak akan berarti jika ideologi bangsa rapuh. Karena itu, ia menilai sosialisasi Empat Pilar MPR RI harus terus dilakukan demi menjaga persatuan dan masa depan generasi mendatang.

“Kita harus berpikir bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk anak dan cucu kita. Jangan sampai mereka hidup di negara yang terpecah,” kata dia.

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |