Faktor yang mendukung pemulihan burnout akibat pekerjaan

1 month ago 6

Jakarta (ANTARA) - Psikolog Klinis A. Kasandra Putranto menyebut terdapat sejumlah faktor yang mendukung pemulihan akibat kelelahan bekerja (burnout) yang diakibatkan oleh aktivitas pekerjaan.

"Sejumlah aktivitas dapat direkomendasikan sebagai bagian dari proses pemulihan, baik secara preventif maupun kuratif, dengan tujuan memulihkan keseimbangan psikologis dan meningkatkan ketahanan individu terhadap stres kerja," kata Kasandra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Kasandra menjelaskan burnout merupakan kondisi kelelahan emosional, mental, dan fisik yang memerlukan penanganan melalui pendekatan holistik. ​​​​​​Burnout dapat dipulihkan melalui intervensi yang tepat.

Baca juga: Jaga pola hidup sehat agar terhindar dari "burnout" selama puasa

Baca juga: Bisakah menerapkan gaya hidup "work-life balance" di tengah pandemi?

Namun, adanya akses terhadap layanan kesehatan mental seperti konseling psikologis, terapi perilaku kognitif (CBT), atau dukungan psikiatri dapat memberikan ruang bagi individu untuk memahami sumber stres, membangun strategi koping, serta mengembalikan fungsi psikologis dan produktivitas kerja sangat penting bagi kesembuhan pasien.

"Mengakses layanan kesehatan mental secara tepat dan konsisten dapat membantu seseorang pulih dari burnout. Namun, pemulihan burnout tidak selalu instan dan bergantung pada tingkat keparahan, dukungan lingkungan, dan keterlibatan individu dalam proses pemulihan," ucap dia.

Lebih lanjut, kesembuhan pasien juga perlu didukung beberapa hal seperti terapis psikologis berupa Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang terbukti efektif dalam membantu individu mengubah pola pikir negatif dan mengelola stres.

Konseling secara individual dengan psikolog juga akan membantu penderita mengenali penyebab burnout dan mengembangkan solusi berbasis kekuatan pribadi.

"Faktor lainnya adalah adanya dukungan organisasi atau keluarga. Lingkungan kerja yang responsif dan relasi sosial yang suportif mempercepat proses pemulihan," ucapnya.

Faktor yang mempengaruhi itu, katanya, termasuk perubahan gaya hidup seperti manajemen waktu, aktivitas fisik, tidur cukup dan rekreasi psikologis.

Selain faktor-faktor tersebut, ada juga aktivitas yang direkomendasikan untuk mendukung proses pemulihan. Menurut Kasandra kegiatan pertama yang dapat dicoba adalah aktivitas relaksasi dan regulasi emosi.

Kegiatan ini berfokus pada ketenangan pikiran, misalnya, melatih pernapasan dalam dan meditasi mindfulness, untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kesadaran diri, toga dan tai chi yang mengintegrasikan gerakan fisik dengan konsentrasi dan relaksasi serta relaksasi otot progresif, sebagai teknik untuk melepaskan ketegangan fisik yang berkaitan dengan stres.

Penderita burnout juga direkomendasikan untuk mencoba aktivitas yang melibatkan fisik karena secara ilmiah mampu meredakan stres melalui peningkatan produksi hormon endorfin.

Baca juga: Psikolog: Pekerja kantoran dan lapangan punya potensi alami burnout

Misalnya, dengan berjalan kaki, berlari, bersepeda, berenang, atau aktivitas aerobik lainnya secara teratur minimal 30 menit per hari sebagai olahraga ringan di sela waktu kerja untuk menjaga sirkulasi dan konsentrasi.

Sebagai pilihan, penderita juga dapat mencoba aktivitas kreatif untuk mengekspresikan diri karena dapat membantu individu memulihkan rasa kendali dan makna pribadi, seperti menggambar, menulis jurnal, memainkan alat musik, berkebun, atau kegiatan kerajinan tangan.

Kehadiran emosional yang diperlukan, katanya, juga bisa didapat dari aktivitas sosial. Dukungan ini merupakan faktor protektif yang signifikan dalam pemulihan burnout.

Bentuk aktivitas yang dianjurkan berupa membangun komunikasi yang terbuka dengan keluarga, teman, atau kelompok pendukung atau berpartisipasi dalam kegiatan komunitas atau keagamaan yang memberikan rasa keterikatan dan makna.

Kasandra menyebut hal lain yang dapat dicoba adalah meningkatkan perawatan diri karena menjaga kesehatan dasar merupakan fondasi dalam pemulihan burnout.

Aktivitas ini mencakup tidur yang cukup dan berkualitas, menjaga pola makan seimbang dan hidrasi yang memadai, menghindari konsumsi alkohol, kafein, dan zat adiktif lainnya secara berlebihan, termasuk meluangkan waktu pribadi untuk istirahat dan rekreasi (me-time).

Terakhir, ia menyarankan penderita untuk melakukan refleksi diri dan reorientasi tujuan hidup melalui penulisan jurnal reflektif terkait sumber stres dan perkembangan personal atau reorientasi terhadap tujuan karier dan kehidupan agar selaras dengan kapasitas dan nilai pribadi.

Baca juga: Ambil jeda ketika kelelahan kerja mendera

Baca juga: 7 Cara efektif untuk atas burnout saat kerja

Baca juga: Dosen UB: Stressor tidak serta merta memunculkan "burnout"

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |