Ekonom nilai konflik Iran-Israel belum mempengaruhi harga BBM RI

2 months ago 27
Kewaspadaan terhadap potensi risiko fiskal tetap diperlukan, terutama terkait kemungkinan lonjakan harga minyak dunia yang bisa menekan anggaran subsidi BBM.

Jakarta (ANTARA) - Research Director Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) Gundy Cahyadi menilai, konflik antara Iran dan Israel hingga saat ini belum mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.

Sebab, menurutnya, kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia masih relatif aman dan belum terdampak signifikan. Meskipun demikian, kewaspadaan terhadap potensi risiko fiskal tetap diperlukan, terutama terkait kemungkinan lonjakan harga minyak dunia yang bisa menekan anggaran subsidi BBM.

“Kalau kita telusuri 3 bulan terakhir, itu mungkin Indonesia mempunyai ruang fiskal yang sebenarnya cukup banyak karena harga minyak dunia itu relatif rendah dan konflik di Timur Tengah yang akan berkepanjangan, kalau ini menjadi satu konflik yang lebih meningkat lagi tentunya akan mempengaruhi terhadap pergerakan minyak dunia,” kata Gundy dalam konferensi pers Peluncuran Prasasti Center for Policy Studies, di Jakarta, Senin.

Ia menekankan bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah tetap harus dicermati, mengingat potensi pengaruhnya terhadap pergerakan harga minyak global. Sebagaimana diketahui, setelah serangan Israel ke Iran pada 13 Juni lalu, harga minyak sempat meningkat tajam menandakan sensitivitas tinggi pasar terhadap perkembangan konflik.

Pada awal pekan ini, harga minyak dunia kembali melemah. Meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta sinyal kuat kenaikan produksi dari OPEC+ disebut sebagai faktor yang menekan harga minyak dunia.

Harga minyak mentah Brent untuk kontrak Agustus turun 12 sen atau 0,18 persen menjadi 67,65 dollar AS per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 36 sen atau 0,55 persen ke level 65,16 dollar AS per barel.

Pada sisi lain, Gundy menyebutkan bahwa dampak konflik terhadap pasar keuangan tanah air saat ini masih terbilang terkendali. Tidak tampak gejolak besar pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS maupun penurunan kepercayaan investor asing terhadap surat utang negara.

"Kita juga masih melihat confidence untuk investor asing di pasar obligasi. Itu merupakan salah satu yang paling penting dan itu masih ada. Jadi it's still contained, tapi bagaimanapun juga konflik masih berlanjut, dan mungkin kita perlu melihat ini ke depan," ujarnya pula.

Adapun konflik Iran-Israel kembali meningkat pada 13 Juni saat Israel melancarkan serangan udara terhadap wilayah Iran, menargetkan fasilitas militer dan nuklir. Serangan itu menewaskan komandan senior, ilmuwan nuklir, dan warga sipil, menurut pihak berwenang Iran.

Iran membalasnya dengan gelombang serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Pada 22 Juni, pasukan AS mengebom tiga fasilitas nuklir Iran yang berlokasi di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Sebagai respons, Iran menyerang Pangkalan Udara Al Udeid milik AS di Qatar.

Gencatan senjata antara Iran dan Israel dicapai pada Selasa (24/6), usai pertempuran selama hampir dua pekan.

Baca juga: Konflik Timteng berpotensi picu guncangan besar pasar energi global

Baca juga: INDEF: RI harus bersiap hadapi dampak lanjutan konflik Iran-Israel

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |