Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Ryan Kiryanto menilai kemampuan Pertamina menjaga ketahanan energi menjadikannya sebagai "powerhouse", yakni badan usaha milik negara (BUMN) dengan peran kuat dan signifikan dalam perekonomian nasional.
"Salah satu kebanggaan kita terhadap Pertamina adalah lembaga ini menjadi salah satu powerhouse. Sebab dia sebagai lokomotif yang menggerakkan ekonomi baik di tingkat nasional maupun daerah," kata pengajar pada Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) itu, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, peran Pertamina sangat penting memiliki kemampuan mendistribusikan BBM dan LPG hingga ke wilayah pelosok yang sangat terpencil.
Upaya tersebut dilakukan demi menjaga ketahanan energi nasional, katanya lagi, meski banyak wilayah pelosok yang sebenarnya sangat tidak menguntungkan bagi Pertamina dari sisi ekonomi.
"Melalui jaringan Pertamina hingga ke pelosok, baik dioperasikan sendiri maupun kerja sama dengan pihak ketiga. Hal itu ikut menjadi ’pelumas’ bagi kegiatan ekonomi daerah, misalnya di daerah luar Jawa, Kalimantan, Halmahera, di situ tidak ada SPBU asing, yang ada hanya Pertamina," ujarnya.
Ryan menegaskan tanpa peran Pertamina roda ekonomi di berbagai wilayah bisa jadi akan tersendat, seperti tambang-tambang di luar Jawa tidak bisa beroperasi karena menggunakan solar produksi Pertamina atau kapal-kapal laut, tongkang-tongkang, termasuk tugboat-tugboat yang membawa batu bara.
"Hal itu juga harus dihitung sebagai kontribusi dari Pertamina di luar sumbangan terhadap negara yang per Juli 2025 mencapai Rp225,6 triliun berasal dari pajak, dividen dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP)," ujar dia melalui sambungan telepon.
Pertamina, katanya pula, juga menjaga ketahanan energi sekaligus menggerakkan roda ekonomi, yang memiliki efek domino bagi masyarakat, selain itu keberadaan BUMN tersebut membuka lapangan kerja yang sangat luas.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menyatakan pihaknya terus berkomitmen dalam memastikan ketersediaan energi yang terjangkau bagi masyarakat. Termasuk dengan menjangkau titik-titik tersulit seperti wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Pertamina bergerak menyalurkan energi hingga daerah terpencil (remote area) menggunakan berbagai moda transportasi, baik darat, laut dan udara. Termasuk di antaranya, dengan memperluas titik distribusi BBM dan LPG. Hingga 2025, titik distribusi BBM telah mencapai 15.345 titik dan pangkalan LPG sebanyak 269.096 titik di 38 provinsi seluruh Indonesia.
"Hal ini membuktikan bahwa sebagai perusahaan milik negara, Pertamina akan tetap menjaga akses energi (accessibility), harga yang terjangkau (affordability) dan produk energi yang dibutuhkan (acceptability), bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya.
Menurut Fadjar, sejak 2017-2024, Pertamina melalui Subholding Commercial & Trading telah mengoperasikan 573 lembaga penyalur BBM Satu Harga. BBM Satu Harga memastikan masyarakat di wilayah 3T mendapat harga BBM yang sama dengan masyarakat Indonesia.
BBM Satu Harga tersebar di Sumatera sebanyak 86 titik, Kalimantan 112 titik, Sulawesi 60 titik, Nusa Tenggara 102 titik, Maluku 87 titik dan Papua 121 titik, serta Jawa dan Bali sebanyak lima titik.
Baca juga: Pertamina pastikan kargo BBM untuk Shell dan bp tiba hari ini
Baca juga: Pertamina Patra Niaga percepat implementasi energi hijau
Pewarta: Subagyo
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.