Denpasar (ANTARA) -
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi kebakaran lahan saat musim kemarau.
“Hindari aktivitas pembakaran lahan atau sampah di area terbuka untuk mencegah penyebaran api yang membahayakan,” kata Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, Bali, Kamis.
Pihaknya juga meminta masyarakat mewaspadai potensi pohon tumbang, baliho roboh atau benda ringan yang mudah terbang, karena tertiup angin kencang.
Baca juga: Bali bersiap kemarau, BMKG: Optimalkan penampung air sisa musim hujan
Untuk para petani, pihaknya juga meminta agar dimaksimalkan air irigasi, mempersiapkan embung dan tampungan air, sehingga saat musim kemarau tidak kesulitan dalam pemenuhan air untuk pertanian.
Berdasarkan perkiraan BBMKG Denpasar, terdapat potensi peningkatan kecepatan angin dan gelombang tinggi pada 17-19 Juli 2025. Selama periode itu diperkirakan angin bertiup dengan kecepatan hingga 35 kilometer per jam yang bergerak dari arah timur-tenggara.
Sedangkan ketinggian gelombang laut diperkirakan hingga empat meter di perairan selatan Bali dan Selat Lombok. Sementara itu, perairan Selat Bali ketinggian gelombang laut diperkirakan hingga 3,5 meter.
Untuk itu, nelayan dan pelaku wisata bahari diminta mewaspadai potensi peningkatan kecepatan angin dan gelombang tinggi di perairan utara dan selatan Bali.
Menurut BMKG, kondisi angin dan gelombang laut berisiko terhadap keselamatan pelayaran.
Pengguna perahu nelayan diminta mewaspadai kecepatan angin lebih dari 15 knot atau sekitar 27 kilometer per jam dan tinggi gelombang mencapai 1,25 meter.
Kemudian, operator kapal tongkang dianjurkan waspada saat angin berkecepatan 16 knot dan tinggi gelombang mencapai 1,5 meter.
Sedangkan operator kapal feri diminta mewaspadai kecepatan angin mencapai 21 knot dan tinggi gelombang mencapai 2,5 meter.
Baca juga: BBMKG Denpasar perkirakan Bali masuki awal kemarau pertengahan Maret
Baca juga: BMKG terbitkan peringatan dini waspada kebakaran hutan di Bali
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Sabtu (12/7) menjelaskan secara klimatologis sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau.
Namun, ia memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen zona musim di Indonesia yang benar-benar memasuki musim kemarau.
BMKG juga mengonfirmasi kembali bahwa musim kemarau pada 2025 cenderung akan memiliki durasi yang lebih pendek dibandingkan dengan normalnya dengan sifat hujan di atas normal.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.