Banjir Sumatera, kebun sawit, dan ambisi biofuel

3 hours ago 7
Banjir bandang dan tanah longsor menjadi peringatan bahwa pembabatan hutan sudah cukup sampai di sini dan harus dihentikan

Jakarta (ANTARA) - Banjir bandang di tiga provinsi di Pulau Sumatera berangsur surut. Namun air mata masih membanjiri pipi mereka yang terdampak. Di balik puing-puing berbalut lumpur, terekam ribuan kenangan yang tak lagi terasa sama.

Banjir bandang dan tanah longsor melanda tiga provinsi di Pulau Sumatera, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, pada penghujung November. Bencana itu menelan lebih dari seribu korban jiwa, ratusan lainnya masih hilang, serta ribuan menderita luka-luka dan tersingkirkan dari tempat yang dahulu mereka sebut rumah.

Angka tersebut belum final, masih bergerak dengan kemungkinan bertambah.

Penampakan gelondongan kayu yang tersapu banjir memantik amarah, seolah alam menyibak penyebab dari pilu yang diderita bangsa ini sebelum menutup 2025.

Tak hanya itu, pemandangan berupa kebun sawit yang terendam banjir juga menjadi sorotan panggung media sosial.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyegel dan memasang plang pengawasan di area operasional perkebunan dan pabrik sawit PT Tri Bahtera Srikandi (PT TBS) di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, sebagai respons banjir Sumatera.

Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menyebut penyegelan area operasional kebun dan pabrik sawit PT TBS, yang merupakan anak perusahaan PT Sago Nauli Plantation (PT SNP), untuk menghentikan sementara operasi yang berpotensi memperburuk kondisi hidrologi.

Penghentian sementara itu juga untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan lingkungan demi keselamatan masyarakat dan pemulihan ekosistem.

Langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah menyadari betapa pembukaan lahan sawit, terlebih yang tidak patuh terhadap ketentuan lingkungan, mempengaruhi bentang alam dan mengancam keselamatan makhluk hidup di sekitarnya.

Namun, di sisi lain, pemerintah juga memiliki ambisi untuk mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan atau yang dikenal dengan biofuel. Bahan bakunya? Tak lain dan tak bukan adalah minyak sawit mentah atau yang dikenal dengan crude palm oil (CPO).

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |