Bandung Zoo tunjukkan cara baru kelola konservasi mandiri

2 hours ago 2
...Pemerintah tetap memiliki aset dan fungsi pengawasan, sementara kami sebagai pengelola menanggung investasi, operasional, dan pengembangan fasilitas

Bandung (ANTARA) - Pengelola Bandung Zoo atau Kebun Binatang Bandung menyebut telah memberikan contoh kemitraan strategis antara pemerintah dan swasta dalam pengelolaan lembaga konservasi mandiri tanpa membebani anggaran publik.

Ketua Pengurus Yayasan Margasatwa Tamansari John Sumampauw di Bandung, Jumat, menyampaikan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan swasta dapat menjadi langkah strategis untuk mandiri dan memberikan kontribusi kepada daerah.

“Pemerintah tetap memiliki aset dan fungsi pengawasan, sementara kami sebagai pengelola menanggung investasi, operasional, dan pengembangan fasilitas. Jadi tidak hanya mandiri secara finansial, tapi juga memberi kontribusi jelas terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD),” ujarnya.

John juga menyampaikan bahwa model kolaborasi ini bukan hanya sekadar upaya efisiensi, tetapi juga bentuk strategi pembiayaan yang kreatif dan memungkinkan konservasi berjalan secara mandiri, berkelanjutan, dan memberikan kontribusi nyata.

Dirinya menegaskan bahwa hal tersebut menjadi penting karena lembaga konservasi memiliki peran yang jauh lebih kompleks daripada hanya tempat berekreasi.

“Fungsi utamanya adalah pengembangbiakan terkontrol dan penyelamatan satwa liar atau tumbuhan dengan tetap menjaga kemurnian jenisnya,” katanya.

Ia juga menyampaikan kebun binatang berperan sebagai sarana pendidikan, penelitian, penitipan sementara, sumber induk hewan dan cadangan genetik, serta ruang rekreasi yang sehat bagi masyarakat.

John mengingatkan bahwa fungsi beragam dari lembaga konservasi tersebut tentu menciptakan konsekuensi yang kompleks juga, terutama di kebutuhan pendanaan operasional yang tinggi.

Ia menilai konsep pembiayaan kreatif menjadi hal mendesak diterapkan untuk mendukung operasional. Hasil pengelolaan berbagai sumber pendapatan seperti tiket, program edukasi berbayar, dan kemitraan, digunakan kembali untuk kesejahteraan satwa, pengembangan fasilitas, dan kegiatan edukatif.

Model ini juga memberi manfaat langsung bagi pemerintah daerah. Selain tidak membebani APBD, pengelola secara rutin menyumbang PAD melalui retribusi, pajak, dan kerja sama pemanfaatan aset daerah.

Ia menambahkan, sejak mulai mengelola Bandung Zoo pada 2017, John bersama timnya menyusun rencana revitalisasi dalam lima fase besar, masing-masing berdurasi sekitar empat hingga lima tahun.

Pada periode 2017 hingga 2022, Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) telah menyelesaikan fase pertama yang mencakup pembangunan klinik satwa, perekrutan dokter hewan, pembuatan kandang terbuka tanpa jeruji, pembangunan zona Afrika dan kubah burung, mendatangkan satwa Afrika dengan lembaga konservasi lain, serta penyediaan restoran dan fasilitas publik yang bersih dan nyaman.

Baca juga: YMT: Dana operasional Bandung Zoo masih aman hingga akhir 2025

“Pada 2022, kami sebetulnya baru hendak memulai fase kedua. Biaya hingga fase ini mencapai sekitar Rp300 atau Rp400 miliar, dan jika semua lima fase rampung, totalnya bisa mencapai Rp700 hingga Rp800 miliar,” jelasnya.

Dengan sistem pengelolaan profesional, akuntabel, dan diaudit secara berkala, John berharap Bandung Zoo bisa menjadi contoh praktik baik kolaborasi antara pemerintah dan swasta dalam konservasi satwa.

Baca juga: YMT pastikan hak para karyawan Bandung Zoo terjamin

Pewarta: Ilham Nugraha
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |