Beirut (ANTARA) - Sekitar 850.000 warga Suriah telah kembali ke tanah air mereka dari negara-negara tetangga sejak Desember, demikian menurut Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) pada Selasa (2/9), bertepatan dengan berakhirnya kunjungan Kelly Clements, wakil kepala UNHCR, selama lima hari ke Lebanon dan Suriah.
Selama kunjungannya, Clements bertemu dengan sejumlah pejabat Lebanon dan Suriah, serta para pengungsi yang baru saja kembali ke tanah air mereka maupun pengungsi yang masih mempertimbangkan keputusan untuk pulang, papar pernyataan UNHCR.
UNHCR mengatakan bahwa badan tersebut telah memperluas bantuannya untuk memastikan pemulangan dilakukan secara sukarela, aman, dan bermartabat, dengan menyediakan dukungan berupa bantuan keuangan, transportasi, tempat tinggal, dan bantuan mata pencaharian di komunitas tujuan kepulangan.
"Saya menyaksikan secara langsung bagaimana masyarakat tetap mempertahankan tekad mereka untuk pulang, tinggal menetap, dan membangun kembali meski harus menghadapi kenyataan pahit berupa kehancuran dan keterbatasan layanan setelah perang 14 tahun," kata Clements.
Lebanon, yang terus menampung ratusan ribu pengungsi Suriah, telah mencatat hampir 200.000 pengungsi kembali ke negara asal mereka dalam tahun ini saja. Pada saat yang sama, kedatangan warga belakangan ini yang melarikan diri ke Lebanon akibat kekerasan terbaru di Suriah terus terlihat, menyoroti fluiditas dari krisis pengungsian tersebut.
Di Damaskus, Homs, dan Idlib di Suriah, Clements mengunjungi para pengungsi yang pulang dan menerima manfaat dari program rehabilitasi perumahan serta dukungan usaha kecil. Clements juga meresmikan Kantor Catatan Sipil yang telah diperbaiki di Maaret Al Nouman, Idlib, guna meningkatkan akses dokumentasi keluarga-keluarga yang kembali.
"Masyarakat internasional seharusnya tidak hanya menjadi penonton," tegas Clements. "Mereka harus berperan aktif dalam mendukung upaya stabilisasi dan pemulihan, membantu rakyat Suriah membangun kembali dan membentuk ulang negara mereka," tuturnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.