Jakarta (ANTARA) - Direktur Regional UNESCO di Jakarta Maki Katsuno-Hayashikawa menegaskan bahwa pendidikan merupakan perisai paling ampuh dalam menghadapi penyebaran misinformasi dan ujaran kebencian daring yang semakin marak terjadi.
“Pendidikan tetap menjadi perisai kita yang paling ampuh, membekali masyarakat dengan perangkat untuk berpikir kritis, memahami kepalsuan latar belakang, dan berinteraksi satu sama lain dengan cara yang saling menghormati,” kata Hayashikawa di Jakarta, Rabu.
Dia menyampaikan hal itu dalam sambutan pembukaan Pertemuan Regional tentang Pendidikan untuk Perdamaian Berkelanjutan di Asia Tenggara dengan tema "Melawan ujaran kebencian dan mencegah konflik menuju masyarakat yang lebih damai melalui pendidikan".
Hayashikawa menyampaikan bahwa UNESCO mengakui pendidikan sebagai perisai kolektif selaras dengan instrumen Recommendation on Education for Peace, Human Rights, and Sustainable Development yang disepakati badan PBB itu pada 2023.
Rekomendasi tersebut memuat 14 prinsip panduan serta 12 capaian pembelajaran guna mendorong pendidikan yang berorientasi kepada perdamaian, hak asasi manusia, dan keberlanjutan.
“Rekomendasi ini bukan sekadar dokumen. Ini adalah ajakan untuk bertindak, kerangka acuan, dan visi bagi kemanusiaan,” ujarnya.
Dia juga mengatakan bahwa UNESCO telah mengembangkan panduan bagi para pembuat kebijakan tentang penangangan re-edukasi berbasis kasus.
Menurutnya, panduan tersebut menyediakan strategi praktis untuk melawan narasi yang merugikan melalui pelatihan bagi para pendidik dan peserta didik dalam kewarganegaraan digital, promosi pembelajaran sosial-emosional, dan pedoman untuk menjadikan kurikulum responsif dan inklusif secara budaya.
Hayashikawa melanjutkan, bahwa kaum muda perlu dilibatkan untuk mencegah konflik, melawan ujaran kebencian, dan segala bentuk kekerasan serta diskriminasi, serta memanfaatkan sepenuhnya potensi media dan warga, serta peran transformatif lembaga penelitian pendidikan tinggi untuk memajukan perdamaian.
“Kita harus bekerja sama untuk mempromosikan perdamaian,” tegas Hayashikawa.
Pertemuan Regional yang diselenggarakan UNESCO Jakarta itu bertujuan untuk mengkaji kontribusi prospektif pendidikan dalam mengatasi akar penyebab konflik, melawan ujaran kebencian dan segala bentuk diskriminasi, serta mendorong rekonsiliasi guna memajukan agenda perdamaian berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB adalah badan khusus di bawah PBB yang bertujuan untuk membangun perdamaian melalui kolaborasi internasional di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya.
UNESCO didirikan di London, Inggris Raya pada 16 November 1945. UNESCO berkantor pusat di Paris, Prancis dan saat ini beranggotakan 194 negara dan 12 anggota asosiasi.
Baca juga: KNIU: Pendidikan kunci membangun masyarakat yang aman, damai, harmonis
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.