Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat ini tengah menjalankan ragam strategi untuk mengakselerasi terwjudnya karbon bersih/Net Zero Emissions(NZE) pada tahun 2050 atau 10 tahun lebih cepat dari target nasional.
Menteri Perindustrian Agus G Kartasasmita menjelaskan ragam strategi tersebut yaitu menerapkan peta jalan dekarbonisasi, penerapan mekanisme perdagangan karbon, implementasi teknologi Carbon Capture Utilization (CCU), pembentukan Green Industry Service Company (GISCO), sertifikasi industri hijau, mendorong efisiensi dan prinsip keberlanjutan industri.
"Kementerian Perindustrian telah menargetkan Net Zero Emission pada tahun 2050, untuk meraihnya, kami telah menetapkan strategi dekarbonisasi industri untuk mencapai industri hijau," kata Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pernyataan di Jakarta, Rabu
Upaya ini juga sejalan dengan pesan penting yang disampaikan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Gueterres, dan Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Umum PBB ke-80 di Amerika Serikat, Selasa (23/9) yang masing-masing menekankan solidaritas global, serta percepatan transisi ke energi hijau.
Baca juga: Kemenhub dorong elektrifikasi angkutan umum tekan emisi kendaraan
Disampaikan Menperin, terdapat sembilan sektor industri prioritas yang menjadi fokus percepatan dekarbonisasi, yaitu industri semen, industri pupuk, industri logam, industri pulp dan kertas, industri tekstil, industri kimia, industri otomotif, industri makanan dan minuman, serta industri otomotif.
Penetapan sektor prioritas tersebut mempertimbangkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan industri lainnya.
"Saat ini, kami tengah menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk masing-masing sektor industri prioritas, kami harap transformasi rendah emisi dan industri ramah lingkungan dapat segera tercapai," kata Menperin.
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.